Pancasila merupakan valuable investment yang diwariskan para pendiri bangsa sebagai lentera bagi dunia pada umumnya dan bagi bangsa indonesia pada khususnya. Amanat tersebut termaktub dalam alinea ke-4 pembukaan UUD 1945 bahwa dalam membangun suatu bangsa kita bersandar kepada asas pancasila, yakni Ketuhanan Yang Maha Esa, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin Oleh Hikmat Kebijaksanaan Dalam Permusyarawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial, yang dari keseluruhan asas itu mengarahkan pada pembentukan sistem yang melindungi seluruh bangsa, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bagsa dan melaksanakan ketertiban dunia. Butir-butir pengamalan nilai pancasila ini telah termaktub dalam Tap Nomor I/MPR/2003 yang kemudian dijadikan sebagai pedoman dalam berkehidupan bermasayarakat dan juga bernegara.
Dalam perkembangannya, pancasila merupakan nilai riil yang bersumber dari nilai-nilai luhur yang ada pada masyarakat. Sehingga, Pancasila memiliki marwah pada setiap lini kehidupan. Salah satu marwah penting Pancasila mengalir melaui konsep-konsep kepimpinan yang berlandaskan kearifan lokal bangsa. Tokoh taman siswa, Bapak pendidikan, Ki Hadjar Dewantara mengemukakan Trilogi kepemimpinan dengan ungkapan istilah jawa yang juga mencermikan konsep hasthabrata yang menurut Kartono (1998) dan Suradinata (1997) bahwa hal tersebut menjadi pedoman bagi pemimpin dalam melakukan pengontrolan dan penjagaan terhadap perilakunya dalam berkehidupan. Trilogi konsep tersebut kita kenal dengan ungkapan Ing Ngarso Sung Tlodho, Ing Madya Mangun Karso, dan Tut Wuri Handayani (Marliani & Djadjuli, 2019). Dalam praktiknya, Trilogi kepemimpinan ini menghendaki terwujudnya nilai-nilai pancasila yang luhur.
Ing Ngarso Sung Tlodho
Ki Suratman (1990) mengemukakan bahwa Ing Ngarso Sulng Tlodho di definiskan sebagai sikap pemimpin untuk bisa tampil sebagai contoh dan suri tauladan di hadapan orang-orang yang dipimpinnya (Septiyani T, 2015). Sikap ini tidak terbatas hanya pada seperti apa yang ditampakkan oleh seorang pemimpin kepada rakyatnya. Tetapi melibatkan proses penilaian dan pengamatan masyarakat tentang sejauh mana pemimpin mereka telah menjadi self object yang baik bagi mereka. Ing ngarsa sung tlodho terrepresentasi pada beberapa poin dalam hasthabrata, yakni bintang (sudama) dan api (dahana). Bintang sebagai representasi jiwa pemimpin yang memiliki pendirian yang teguh, dan dapat menjadi panutan bagi rakyatnya dan api sebagai representasi jiwa kepemimpinan yang berwibawa (Sutardjo I, 2014). Dalam konsep ini, mengalir nilai sila kelima, yang mengembangkan sebuah perbuatan luhur yang menunjukkan sikap yang adil dan mampu menyeimbangkan antara hak dan kewajiban seorang pemimpin.
Ing Madya Mangun Karsa
Secara definitif, konsep ini berarti di tengah sebagai penyemangat. Dalam lini ini, peran seorang pemimpin adalah memposisikan dirinya sebagai orang yang mampu memotivasi, menggerakkan, menumbuhkan semangat, dan juga mampu menyelami apa yang menjadi kebutuhan rakyatnya. Dalam kaitannya dengan hasthabrata, model ini mencakup tiga karakteristik yaitu matahari (surya), air (tirta), dan bulan (candra). Matahari merepresentasikan sikap sebagai pencerah dan motivator dalam memacu semangat rakyat. Bulan dan air sebagai representasi dari sikap damai, tentram, dan berbelas kasih kepada sesama (Sutardjo, 2014). Melalui konsep ini, mengalir nilai sila pertama tentang ketuhanan yang menjunjung tinggi toleransi keberagaman, sila kedua yang menjunjung tinggi nilai kemanusian, dan sila ketiga mengdepankan persatuan dalam menjaga ketertiban dan perdamanaian dunia.
Tut Wuri Handayani
Secara definitif, konsep ini berarti pemimpin berada di belakang untuk mendorong, memberikan kesempatan kepada rakyat untuk mengaktualisasikan diridalam mencapai kebutuhan-kebutuhannya. Tut wuri handayani didefinisikan oleh John Maxwell (2006) sebagai seorang yang menjaga kursi pada strata kepemipinan bagian bawah. Karena menurut Maxwell bahwa masyarakat itu tidak peduli seberapa banyak hal yang kita ketahui sampai mereka betul-betul tahu bahwa kita sangat memperhatikan mereka. Karena seorang pemimpin tak akan melahirkan sebuah kemajuan dan perubahan tanpa adanya kepedulian kepada negara dan bangsanya (Muaddab, 2018). Melalui konsep ini, terpatri jiwa hasthabrata yang terrepresentasi pada tanah (pratala) dan angin (maruta). Tanah merepresentasikan jiwa yang kepemimpinan yang senantiasa suka menolong dan ikhlas dalam berbuat baik kepada sesama dan angin sebagai refleksi jiwa pemimpin yang merakyat (Sutardjo, 2014). Melalui konsep ini, mengalir nilai sila keempat melalui sikap kepemimpinan yang merakyat, yang memberikan kesempatan kepada masayarakatnya untuk terlibat dan mengaktualisasikan diri. Keseluruhan konsep pancasila mengalir dan terangkum dalam ketiga konsep tersebut yang kemudian terefleksi dalam penjabaran nilai-nilai hasthabrata sebagai perwujudan sosok kepemimpinan yang ideal.
Jadi, Trilogi kepemimpinan jawa yang terrepresentasi dalam poin-poin hasthbrata yang kemudian mengalir di dalamnya nilai-nilai pancasila menjadi konsep kepemimpinan yang ideal. Hal ini sesuai dengan kondisi Indonesia di masa depan yang membutuhkan sebuah sistem kekuasaan pemerintahan dengan tipe pemimpin yang ideal di mata masyarakatnya dan juga mampu menyatukan perbedaan yang ada. Tak dapat dipungkiri, bias-bias sisa politik gaya lama tentu masih menghiasi perpolitikan di Indonesia. Nilai-nilai pancasila yang mengalir dalam konsep kepemimpinan jawa ini diharapkan mampu menjadi solusi atas permasalah yang muncul.
Penulis: Rivaldo Noval Putra Santosa
Merdeka! Mantap. Bisa jadi rujukan bagi para pemimpin di Indonesia utk mengikuti model-model kepemimpinan Jawa.
Setuju!
Setuju Pak Heru. Ini bisa jd contoh jg buat pemimpin di Banyumas????
Setuju Mas Heru. Gagasan ini sangat luar biasa. Smg bisa menjadi contoh bagi seluruh pemimpin di Indonesia! Merdeka!
Mantap Bung!
Merdeka!
KJ Banyumas memang mantep!
Merdeka. Salam Juang!
Merdek!
Semangat Mas! Salam dr PAC PDIP Sokaraja!
Makasih Pak
Salam jg dr PAC PDIP Sokaraja
Saya dukung selalu Mas Edo
Maju Terus Pantang Mundur. Salam dari UNHAN RI!
Emg ga salah kuliah di Unhan hehe
UNHAN selalu merestui langkahmu Do
Kibarkan bendera UNHAN RI, Do!
Salam!
Salam Juang Do!
Merdeka!
Maju terus, pantang mundur, Do.
Best practice yang bagus
Thanks!
Setuju Mba Dita. Ini sbg bukti konkrit kl kepemimpinan Indonesia bsa bersumber dr kepemimpinan jawa
Andalanque emg
Banyumas semakin Trengginas. Karyanya keren Mas Edo!
Terima Kasih Bu Ketua PAC PDIP Sokaraja!
Setuju Mba Anggi!
Kader Banteng memang kudu cerdas² ya
Lanjutkan Mas
Siap Pak!
Keren Mas
Semangat Mas Edo.
Lanjutkan Mas. Bawa nama baik DPC PDIP Bms. Merdeka!
Maturnuwun Bu Dewan. Bismillah.
Setuju Bu Ito. Smg bisa memberikan sumbangsih keilmuan dr DPC PDIP Bms
Semoga bisa mengharumkan DPC PDIP Bms, Mas Edo
Keren bro. Ora sia-sia ming DPD. Joss
Siap bro
Barokallah. Smg sukses Do
Toppp!
Semangat kang!
Siap Bang!
Keren Edo!
????????????
Semangat Edo!
Makasih Mel
Semangat Edo
Berkah selalu Edo
Trilogi kepemimpinan emg filosofi jawa yg layak menjadi role model
Siap Pak Bangkit. Kajian teoritis yg relevan jika dipraktikkan????
Kayane Bupati Banyumas perlu nyonto gagasan kie ya Mas
Wahh wahhh….tulisannya bagus Do….
Makasih Bapak Dosen 🙂
Setuju Pak Agus. Bisa dibuat jurnal nasional jg kni….
Yeaay. Sukses selalu, Do.
Langkah awal yang baik Do. Ini sebuah karya yg bisa menjadi acuan bagi seluruh pemimpin di Indonesia. Sdh jarang sekali menemuka pemimpin yg menerapkan konsep trilogi kepemimpinan, mudah-mudah berangkat dr tulisan ini, semua pemimpin bisa berkiblat dr konsep ini. Mantap! Bismillah!
Makasih Zam suportnya????
Karya yg luar biasa. Sukses selalu, Do….
Aku setuju sm Nizam. Smg ini tulisannya bisa semakin dikembangkan.
Barokallah adekku. Abang selalu suport kamu. Semoga sukses. Substansi tulisanmu baik, langsung menuju persoalan yg sdg dihadapi Indonesia yakni krisis kepemimpinan. Smg ini bisa menjadi obat sekaligus jawaban atas permasalahan yg muncul di Indonesia. Aamiin????
Terima Bapak Dosen????
Mantap bro. Aku ikuti jejakmu????
Makasih sedulur
Luar biasa, Do. Jgn lupa makan² kalau menang hehe
Panutanku emg Edo
H-6 pengumuman, Do. Semoga sukses selalu!
Siap. Makasih Gung????
Aamiin
Sudah sangat jarang pemimpin di Indonesia yg menerapkan konsep² trilogi kepemimpinan. Semoga buah pikir ini bisa menjadi sumbangsih bagi Indonesia.
Siap Bapak. Mohon petunjuk dan arahannya.
Setuju Bapak. Kira² ini bisa solusi yg solutif.