Pemuda Juang Lestarikan Tradisi Wiwitan

8

Globalisasi dan Modernisasi

Arus globalisasi dan modernisasi zaman lambat laun juga mengakibatkan nilai-nilai kebudayaan yang ada terkikis sehingga kemudian berakibat banyak kebudayaan yang tidak lagi dilirik oleh pemuda-pemudi zaman sekarang dikarenakan kurangnya perhatian dan upaya pelestariannya. Budaya asing yang berkembang sudah banyak masuk ke sendi kehidupan dan memberikan pengaruh degradasi nilai yang cukup besar bagi kehidupan remaja dan pemuda Indonesia sekarang ini.

Budaya di sini bukan hanya terbatas pada budaya dalam bentuk kesenian (secara fisik) saja, tetapi lebih dari itu adalah laku spiritual, karakter, dan kearifan lokal yang dimiliki oleh bangsa ini. Namun nalar pikir masyarakat sekarang yang sebagian menganggap kebudayaan Indonesia yang sudah kuno dan tidak mengikuti perkembangan zaman, yang akhirnya menimbulkan lunturnya rasa cinta dan bangga terhadap kebudayaan lokal. Tidak hanya karena merupakan warisan dari generasi sebelumnya yang menggambarkan karakter suatu kelompok masyarakat, tetapi juga merupakan hasil pemikiran yang digunakan untuk menafsirkan dan memahami lingkungan dan menjadi pedoman untuk bertindak dalam menjaga alam semesta. Seperti dalam Ajar Pikukuh Sunda ada 4 tahapan laku spiritual yakni Tata Salira (diri kita), Tata Nagara (diri kita, rahyat, dan nagara), Tata Buana (Biosfer), dan Tata Surya (semesta agung).

Menurut Juri Lina dalam Architects of Deception, ada 3 cara melemahkan dan menjajah suatu negeri yakni, kaburkan sejarahnya, rusaklah hancurkan situs bersejarahnya, dan putuskan hubungan leluhurnya dengan sebutan primitive, kuno dan sesat. Dari sinilah kita bisa menganalisa apa yang terjadi di negeri ini. Dan bagaimana untuk mencegah hal itu semua? Sebagai generasi muda juang semestinya untuk nguri-nguri dan nguripi budaya sendiri. Ikutilah leluhur bangsa sendiri. Sebagai contoh menghidupi Tradisi Wiwitan.

Apa itu Tradisi Wiwitan, Gimana itu?

Dalam kehidupan agraris di Indonesia, aspek kepercayaan terhadap sesuatu yang suwung tidak dapat diabaikan begitu saja. Ada kepercayaan yang timbul secara turun-temurun terhadap adanya suatu kekuatan yang baik dan yang buruk. Kekuatan tersebut dianggap berada di tiap luar-dalam diri manusia itu sendiri.

Masyarakat agraris memiliki kepercayaan bahwa tanaman padi berasal dari tubuh seorang wanita. Misalnya dari kesusateraan Sunda, tentang asal usul tanaman padi terdapat dalam cerita Nyi Pohaci Sanghyang Sri. Di Flores terdapat cerita asal usul tanaman padi dari seorang gadis bernama Ine Pane atau Ine Mbu. Atas permintaan sendiri gadis tadi dikorbankan dan dari tubuhnya keluar tanaman padi.

Kepercayaan terhadap Dewi Sri di dalam masyarakat Jawa sudah lama dikenal. Upacara Tradisi Wiwitan dalam pertanian dilakukan pada waktu pertama kali menanam dan sehabis panen masih dijumpai sampai sekarang, seperti di Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur. Upacara lain yang masih berkaitan dengan pertanian dilakukan pada waktu pertama kali memasukkan padi ke lumbung (munggah lumbung). Hal ini disebabkan adanya kepercayaan bahwa tanaman padi berasal dari tubuh Dewi Sri. Oleh karena itu timbul suatu pandangan sakral terhadap lumbung. Kesakralan inilah yang menyebabkan lumbung sebagai tempat penyimpanan padi diperlakukan sebagai tempat yang suci (Bambang Widyantoro, 1989:8).

Lalu gambarannya gimana Tradisi Wiwitan itu? Dalam Serat Cariyos Dewi Sri karya Suyami (2001) pesan yang memperkuat adanya uborampe yang merupakan permintaan Dewi Sri sebagai wujud rasa syukur pada saat panen telah tiba. Sesaji atau uborampe yang dimaksud berupa nasi tumpeng, panggang ayam, sambal gebel, jangan menir, terancam terung, dadar telor, rujak manis, pisang pulut, pisang emas, berbagai jenis umbi, ketupat lepat dan sekerat tebu. Prosesi wiwitan dilakukan dengan mengelilingi sawah sembari membaca doa agar hama menyingkir yang dilanjutkan dengan membakar kemenyan. Selain itu berapa bulir padi biasanya akan dibawa pulang dan dilanjutkan dengan menuai padi.

Pemuda Juang Merawat Tradisi Wiwitan

Jejak langkah anak semua bangsa harus sadar diri untuk melestarikan budaya. Ini penting karena generasi muda juang nantinya yang akan menjadi penerus sekaligus pemegang warisan budaya di masa depan. Untuk merealisasikan misi ini hendaknya kegiatan pelestarian budaya dilakukan melalui langkah-langkah yang modern. Ada banyak cara pada zaman modern seperti ini untuk melestarikan budaya, misalnya saja pelestarian kebudayaan bisa melalui sarasehan budaya, praktik tradisi wiwitan daring melalui vlog dan youtube. Jika kebudayaan dapat disajikan dalam bentuk-bentuk yang seperti ini, tentu saja generasi muda juang pasti akan lebih tertarik karena kebudayaan bagi mereka tidak terasa kuno dan ketinggalan zaman.

Dan marilah jaga Tradisi Wiwitan sebagai warisan leluhur kita ini. Seyogyanya jika kita tidak hanya menjadi penonton kebudayaan kita sendiri, tapi ikut berperan dalam melestarikan kebudayaan itu sendiri. Karena jika tidak kita siapa penyambung kebudayaan ini ke generasi selanjutnya? Jika kebudayaan kita luntur, maka anak cucu kita kelak hanya akan menjadi penikmat dan penonton kebudayaan asing di masa yang akan datang. Kita adalah Negeri Surya Majapahit. Dhawuhe Kaki Semar: “eling lan waspada”.

Satyameva Jayate!!!

Rahayu

Merdeka!!!

Penulis: Habibie Wilyama Dwi Sunu, S.Pd.

8 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here