Binta, Kader Komunitas Juang di Meksiko

0

A. Dari Banyumas hingga ke Meksiko

Awal tahun 2020 ini, keluarga besar Korps Komunitas Juang Jawa Tengah memperoleh kabar yang begitu membahagiakan, pasalnya pada 16 Januari 2020 terdapat salah satu kader yang sekarang bertugas di Meksiko. Suci Binta Rohmania atau yang akrab disapa Binta merupakan salah satu Kader Komunitas Juang Jawa Tengah terbaik yang kini merupakan Staf Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Penasehat Teknis untuk Duta Besar Indonesia di Meksiko. Ia merupakan Kader Komunitas Juang Jawa Tengah angkatan pertama yang dilantik pada 16 Februari 2014 oleh Ibu Ketua Umum Megawati Soekarnoputri di Gor Satria Purwokerto. Pelantikan ini turut dihadiri Mbak Puan Maharani, Gubernur Jawa Tengah, Anggota Fraksi Provinsi dan Kab. Banyumas. Tak lupa, Bupati Banyumas yang saat itu menjabat, Ir. Ahmad Husain dan Wakilnya Budi Setiawan juga menghadiri prosesi pelantikan sakral tersebut.

Pencapaian yang kini telah Binta peroleh tidak menghampirinya dengan begitu saja, berbagai faktor tentunya mewarnai gerak hidup dirinya, termasuk PDI Perjuangan. Ketertarikannya pada PDI Perjuangan dimulai tahun 2013 saat mempelajari tentang politik, untuk akhirnya memutuskan memilih PDI Perjuangan. Sebagai alternatif guna lebih memahami apa itu PDI Perjuangan, akhirnya ia berusaha mencari berbagai informasi tentang Partai yang juga dijuluki sebagai Banteng Moncong Putih. Dan setelah beberapa tahun, akhirnya pada tahun 2014 ia memperoleh informasi Program Perekrutan Anggota Komunitas Juang Jawa Tengah.

Setelah memantapkan diri dan terfokus terhadap resolusi kedepan, bergabunglah Binta pada keluarga besar Komunitas Juang Jawa Tengah. Sesaat setelah bergabung, mulailah ia untuk menjalani proses pengkaderan yang diawali dengan mentoring. Mentoring yang pada saat itu dibimbing oleh Mentor Juang Komunitas Juang Jawa Tengah menjadi momen bersejarah baginya. Pantas saja hal tersebut merupakan momen bersejarah, karena sesaat setelah mentoring, ia langsung memantapkan hati untuk kemudian bergabung kepada PDI Perjuangan. Sebagai pemahaman, Mentor Juang merupakan sosok ataupun figur suri tauladan yang membimbing serta mendidik segenap Anggota Korps Komunitas Juang Jawa Tengah. Sehingga keterkaitan Mentor Juang pastinya tidak pernah dapat dilepaskan sebagai salah satu tarikan nafas atas apa yang kini telah Binta capai.

Dan dari sinilah berbagai cerita atraktif dan inovatif dimulai, ketika menjadi Kader Komunitas Juang Jawa Tengah ia aktif dalam segala kegiatan; baik Pelatihan Leadership hingga Marching Band. Bahkan kala itu, ia ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Pelatihan Leadership oleh para Mentor Juang. Tidak sampai di situ, ia juga diamanahi merekrut peserta yang untuk kemudian dilatih bermain Marching Band. Karena mengerjakan tugas dengan sungguh-sungguh merupakan komitmen dan prioritas bagi dirinya. Sehingga dengan hal semacam itu ia akan banyak belajar tentang proses pendewasaan dan peningkatan kualitas diri menjadi lebih baik.

Pengalaman lain yang menjadikan ia begitu berkesan dan memiliki proses kaderisasi yang lebih matang adalah kepercayaan yang senantiasa datang kepada dirinya. Pasalnya ia dipercaya menjadi MC dan pengisi internalisasi pada setiap Pelantikan Komunitas Juang Jawa Tengah. Hal ini dibuktikan melalui penugasan dari Angkatan II (dua) hingga Angkatan VII (tujuh), bahkan disetiap acara-acara Kepartaian besar. Oleh karenanya dia selalu berpesan, “ini merupakan sesuatu yang mahal, karena jam terbang inilah yang menjadikan saya semakin dikenal banyak orang,” tuturnya.

Binta memiliki ideologi dan keyakinan yang kuat, ia selalu menginkan hal terbaik datang kala penugasan dan tanggungjawab tersebut menghampirinya. Dari penanaman kecil inilah yang akhirnya memberi nilai dan makna lebih atas tiap gerak kehidupannya. Berbagai penugasan baik dari Korps Komunitas Juang Jawa Tengah, hingga penugasan Kepartaian selalu diselesaikannya dengan maksimal dan memberikan hasil akhir membanggakan. Sehingga dari proses pembelajaran panjang inilah, dimulai dari tahun 2014 sampai 2019 yang kemudian menjadikan dirinya mendapatkan penugasan Partai sebagai Staf Politik Kedutaan Besar Republik Indonesia dan Penasehat Teknis untuk Duta Besar Indonesia di Meksiko.

B. Tugas dan Misi Kebudayaan jadi tantangan tersendiri

Sesampainya di Meksiko, Binta tidak sebatas melakukan kegiatan sesuai tugas dan perannya sebagai Staf Kedutaan. Apabila ketika menjadi Staf Kedubes, ia seringkali memiliki rutinitas untuk mengerjakan laporan rutin yang bersifat Internasional. Antara lain; menerjemahkan persuratan, meringkas berita terhangat, membuat brafax, meringkas artikel, menghubungi pihak luar; baik yang berada di Meksiko maupun Indonesia. Kemudian ia juga seringkali menyiapkan hingga menjemput delegasi dan mengikuti agenda Eksternal; seperti Rotary District, peresmian Grupo de Amistad. Hingga pada suatu kesempatan, hal ini turut memberinya pengalaman sebagai notulen mendampingi Dubes pada acara Webinar Pencalonan WTO dari Meksiko dan Webinar Pancasila.

Peran sebagai staf Kedubes semacam itu menjadikan tugas dan tanggungjawab pokok yang memang melekat pada dirinya. Namun lebih dari itu, ia juga memiliki misi tersendiri ketika diberi penugasan Partai ke Meksiko, yakni sebagai Diaspora Indonesia. Misi ini dijadikan sebagai implementasi atas berbagai pengalaman dan pendampingan yang diberikan oleh segenap Mentor Juang hingga teman seperjuangannya di Komunitas Juang Jawa Tengah. Melalui misi ini, ia diharuskan memiliki talenta lain dan mengembangkan tiap potensi yang terdapat pada dirinya. Ia menyampaikan, “Saya ini sedang digembleng oleh Senior Partai di Meksiko dan menjadi Duta Indonesia dengan memiliki talenta baru sebagai Penari Tradisional Indonesia.” Padahal dalam fokus ini, dunia seni tari merupakan hal yang begitu baru baginya.

Meski demikian, tidak lantas menjadikannya putus semangat dan justru menumbuhkan motivasi yang senantiasa mengalir. Dengan adanya misi tersebut, menjadikan dirinya untuk giat berlatih terus menerus. Ia masih ingat betul bagaimana awal mula ia berlatih; meskipun rajin, namun tetap saja hal baru ini tidak begitu saja dapat ia kuasai. Akan tetapi, dengan usahanya yang tanpa henti dan senantiasa menerapkan berbagai nilai moral yang masih ia ingat kala Mentor Juang mendidiknya, ia terpacu dan termotivasi untuk terus berjuang. Hingga pada beberapa waktu setelahnya, ia merupakan salah satu dari 5 orang di KBRI yang mahir melakukan Tarian Tradisional Indonesia. “Total ada 5 (lima) orang staf dari divisi yang berbeda di KBRI yang biasa menari Tarian Tradisional Indonesia, termasuk saya,” ungkap Binta.

Sebagai Diaspora, Binta menjalani berbagai kegiatan yang bersifat Pengenalan Budaya Antar Bangsa. Peran penting ia berjalan dari kesempatan tersebut, karena tanpa ia sadari, dengan ia membawakan berbagai Tarian Tradisional Indonesia, hal itu dapat memberikan makna mendalam kepada masyarakat asing. Karena usaha dalam menarik Wisatawan Mancanegara, salah satunya adalah melalui Pengenalan Budaya Nusantara, sehingga mereka akan tertarik untuk datang dan melihat langsung ke Indonesia. Kemudian lebih dari itu, terciptanya pengenalan budaya ini yang nantinya akan membentuk akulturasi budaya dan menciptakan lapangan pekerjaan baru untuk para Seniman Indonesia. Karena dengan adanya ketertarikan semacam itu, masyarakat mancanegara akan berusaha untuk berlatih dan kemudian memadukannya dengan budaya lokal mereka. Setelah hal tersebut terbentuk, pemerintah dapat melakukan program Pengembangan Wawasan Budaya Nusantara, untuk kemudian membentuk sanggar tari hingga pentas seni.

Lalu dengan adanya penugasan sebagai Diaspora atau Duta Indonesia ini menjadikan Binta memiliki naluri adaptasi yang begitu cepatnya. Karena jauh sebelum kesini, pengalaman atas pendidikan karakter dan kedisiplinan yang intens kala menjalani proses penggembalaan di Korps Komunitas Juang Jawa Tengah, menjadikan mental dan kepribadian nya terbentuk solid. Mulai dari kebudayaan tata bahasa, makanan, adat istiadat hingga tata perilaku norma tidak menjadikan halangan Binta untuk terus belajar dan berkarya. Sehingga ketika melaksanakan tugas ini, ia menjalaninya dengan penuh tanggung jawab, ikhlas dan gembira sebagai kesempatan terus mengembangkan diri. Hal lain yang menjadikannya penuh semangat adalah ia turut menyimpan banyak harapan orang dan pastinya menjaga Marwah Korps Komunitas Juang Jawa Tengah.

“Disiplin berfikir, berbicara dan bertindak”, merupakan hal yang tertanam dalam diri Binta. “Saya belajar banyak tentang hal ini kepada tiap Mentor Juang sebagai orang tua sekaligus sahabat buat saya”. Binta mengatakan bahwa ilmu ini sangat bermanfaat saat di manapun kita berada, karena kita akan dapat belajar membaca situasi dan berdamai dengan kondisi seperti apapun sebagai proses untuk “menjadi besar dan berisi”.

Binta pun tidak lupa berterimakasih kepada semua pihak terutama kepada Ir. Bambang Wuryanto, MBA dan berterimakasih kepada semua Mentor Juang juga teman-teman Kader Komunitas Juang Jawa Tengah atas kepercayaan yang telah diberikan. “Saya tidak mau berjanji apapun, tetapi saya akan melaksanakan tugas ini sebaik-sebaiknya dengan segala bentuk kemampuan, Merdeka!” tutup Binta.

C. Cheppy, Kader Partai sebagai Dubes di Meksiko

“Ketika kita bertarung tetaplah di dalam ring sekalipun kita kalah“, itulah hal yang beliau pelajari ketika menjadi kader PDI Perjuangan dan menjadi pegangan ketika terpilih sebagai Duta Besar Indonesia untuk Meksiko merangkap Belize, El Salvador dan Guatemala. Beliau adalah Cheppy Triprakoso Wartono, kader PDI-Perjuangan yang sekaligus sahabat dekat Ir. Bambang Wuryanto, MBA, yang mana pada saat ini beliau menjabat sebagai Duta Besar Indonesia sejak tahun 2019 yang berkedudukan di Meksiko. Lebih jauh sebelum itu, memperoleh penugasan sebagai Duta Besar tentunya adalah hal yang tidak setiap orang peroleh. Karenanya dibutuhkan berbagai proses panjang untuk akhirnya memiliki pijakan kuat dalam mewujudkan hal besar tersebut.

Pria yang akrab disapa Cheppy tidak serta merta langsung menjabat sebagai Duta Besar, namun melewati proses yang panjang dan berliku. Perjalanannya diawali pada tahun 1991 ketika beliau berumur 24 tahun, zaman PDI “dikuyo-kuyo” pada masa Suryadi, saat ada Kongres di Surabaya dan Medan. “Saya bukan PDI tetapi saya bersimpati pada PDI, saya membuat kaos sendiri juga saya mendukung teman-teman dan keluarga yang PDI. Ini adalah awal mula sejarah saya masuk PDI, bahkan adanya peristiwa 1996 saya suka membawakan minuman kepada para Kader yang berkumpul, karena itu dekat dengan rumah saya”, ungkap Pak Cheppy. Dari kebiasaan kecil semacam itu, kemudian ia mendirikan Posko Gotong-Royong di rumahnya atas inisiatif dan biaya pribadinya. Sampai pada akhirnya, beliau didatangi pengurus PDI dan diminta menjadi pengurus PAC yang saat itu bernama Bankorcam. Tawaran ini datang dikarenakan kebetulan pada wilayahnya saat itu belum ada Bankordes (Pembantu Koordinator Desa). Tidak berpikir panjang, tawaran tersebut diterima dan sesaat setelah menjadi Pengurus dari Bankordes menjadi Bankorcam. Posisi beliau pada saat itu merupakan Wakil Koordinator Kecamatan di Jakarta Pusat, Menteng.

Semenjak saat itu, Cheppy aktif mengikuti segala kegiatan PDI, dengan posisinya sebagai Wakil Ketua PAC. Hingga pada akhirnya pada tahun 1998 beliau menyaksikan Deklarasi PDI Perjuangan di Stadion Bung Karno dan rutin mengikuti acara-acara di Kebagusan pada era 1996-1998. Pada saat itu pula terdapat momen perubahan nama dari Bankorcam menjadi PAC serta penyesuaian nama lainnya. Setelah itu, ketika Kongres pertama PDI Perjuangan beliau turut dipilih menjadi utusan Kongres atas dukungan rekan-rekannya di PAC dan menjadi satu-satunya wakil PAC yang menjadi utusan Kongres, karena pengurus DPC tidaklah ex officio. Setelah kongres selesai, Cheppy direkomendasikan untuk mengikuti pencalonan Guru Kader dan terpilih dalam proses pencalonan tersebut.

Ketika menjadi Guru Kader, Cheppy menjalani Pendidikan Guru Kader dan diutus untuk memberikan kaderisasi ke beberapa daerah di Indonesia, seperti halnya Riau, Kalimantan Barat, Padang, Lampung dan daerah-daerah lainnya. Perjalanannya sebagai Guru Kader turut membantu Sekjen PDI Perjuangan kala itu, yakni Alm. Pak Cip yang saat itu diminta oleh Ir. Bambang Wuryanto, MBA untuk membantu menjalankan tugasnya. Hingga kemudian atas persetujuan Pak Cip dan arahan Bambang Patjul; sebagaimana nama politiknya dikenal luas, akhirnya Cheppy didorong untuk menjadi Anggota DPR RI. Pilihan ini dirasa tepat, pasalnya dalam hal ini ia terpilih menjadi Anggota DPR RI dengan masa jabatan 2004-2009, yang pada waktu itu masih menggunakan nomor urut.

Meski demikian, peoses politik yang dilalui oleh Cheppy tidak begitu berjalan mudah. Pasalnya ketika mencalonkan diri pada Pemilu tahun 2009, ia gagal untuk menjadi Anggota DPR RI. Namun tidak berhenti sebatas itu, semangatnya tidak pernah padam. Hal itu terbukti ketika terpilih sebagai Ketua DPC Jakarta Pusat pada Tahun 2010. Kemudian atas restu yang diberikan oleh Ibu Ketua Umum, pada Tahun 2014 ia kembali mencalonkan diri menjadi Anggota DPR RI. Pada pencalonan kali ini, ia berpindah Dapil dari Jateng IX ke Jateng X. Meskipun suaranya mengalami kenaikan yang cukup signifikan, namun perolehan kursinya turun.

Hingga akhirnya saat terkahir masa jabatan Cheppy sebagai Ketua DPC Jakarta Pusat pada tahun 2015, ia diminta untuk membantu Transisi PSSI hingga tahun 2017. Meskipun dua kali gagal menjadi Anggota DPR RI, beliau tidak berfikir untuk pindah Partai.

“Dari awal sudah didoktrin jika kita bertarung di Partai kalahlah di dalam ring, jangan keluar ring,” ungkap Cheppy. Kalimat yang begitu membekas tersebut didapatkan dari Bambang Patjul.

“Karena jika anda sekali saja keluar ring maka anda tidak akan menjadi orang yang loyal di institusi. Ketika misalnya di lapangan tidak berkenan dengan kita sebagai individu, tetapi jika itu sudah perintah Partai maka kita harus mengikuti. Tegak lurus!” tambahnya.

Berangkat dari proses panjang inilah, akhirnya pada tahun 2018 Cheppy diberikan amanah oleh Puan Maharani menjadi Duta Besar Indonesia untuk Meksiko. Namun tidak hanya sampai sini, baginya menjadi Duta Besar merupakan suatu tantangan besar untuk bagaimana mengaktualisasikan nilai-nilai yang didapat di PDI Perjuangan pada kehidupan bernegara melalui Duta Besar. Beliau menyadari bahwa hal ini adalah tugas Partai yang harus dijalankan sebaik mungkin. Dan tujuan utama beliau adalah untuk mengembalikan hubungan diplomasi antara Indonesia dan Meksiko yang telah dibangun oleh Bung Karno.

Sebagai bentuk rasa terimakasih atas terpilihnya beliau sebagai Duta Besar, beliau turut meminta untuk diberikan pendamping dari Kader Partai. Hal ini dirasa sebagai pembelajaran efektif untuk menjalankan fungsi kaderisasi para penerus Partai nantinya. Ia menginginkan dengan adanya Kader Partai yang mendampinginya, hal tersebut dapat dimanfaatkan untuk proses belajar dan kemudian membaginya kepada teman di Tanah Air. Menurut Cheppy, dengan terpilihnya Binta sebagai wakil Partai memberikan pandangan segar kedepan. Kinerja Binta sebagai staf Kedutaan Besar Indonesia di Meksiko selama 6 bulan ini dinilai baik. Ia juga berharap Binta bisa banyak mengambil nilai manfaat dari penugasan selama di Meksiko dengan berbagai macam perbedaan budaya hingga jauh dari keluarga.

Tim Derap Juang