Yunianto: Nyadran Jaran Kepang Simbol Menjaga Seni Budaya

0
Yunianto
Foto: Yunianto (Tengah) Memimpin Acara Tari Kuda Kepang Massal 1.200 Landhang dalam Acara Nyadran Jaran Kepang di Lapangan Kedungumpul, Temanggung (26/07/2024)

Kabupaten Temanggung – Ketua DPRD Temanggung, Yunianto hadir langsung dalam agenda nyadran jaran kepang yang dilaksanakan di Lapangan Kedungumpul, Maron, Jumat (26/07/2024). Adapun agenda ini menjadi rangkaian menuju peringatan HUT Kabupaten Temanggung Ke-190 yang puncaknya akan dilaksanakan pada 10 November 2024.

Tidak sendirian, dalam pantauan Tim Derap Juang, Yunianto hadir didampingi oleh jajaran Forkopimda dan OPD terkait. Beberapa tokoh pemerhati kesenian Kuda Lumping juga tampak berada di iring-iringan Yunianto itu.

Foto: Para Landhang dalam Acara Acara Nyadran Jaran Kepang di Lapangan Kedungumpul, Temanggung (26/07/2024)

Sebagai informasi, nyadran jaran kepang ini menjadi acara yang cukup unik dan meriah. Untuk membuka acara, yang ditampilkan adalah landhang atau pemimpin barisan tari Kuda Lumping.  Jumlahnya tak main-main, total ada 1.200 landhang yang tampil bersama.

Setelah pembukaan dengan tari massal Kuda Lumping, kemudian masing-masing kelompok kesenian diberi kesempatan untuk menampilkan ragam gerak yang rampak dan heroik.

Ditemui oleh Tim Derap Juang, Yunianto menjelaskan bahwa acara ini turut ditujukan untuk mempromosikan pariwisata yang ada di Temanggung. Menurutnya, Temanggung tidak hanya memiliki keindahan alam saja, tapi kesenian menjadi aspek unggul yang bisa dikembangkan.

“Di Temanggung itu jumlah keseniannya sangat banyak. Untuk Kuda Lumping yang terdata kisaran 800 kelompok, itu kemungkinan masih ada yang belum mendaftarkan ke pemerintahan. Kemudian juga ada kelompok seni lainnya, seperti Topeng Ireng, Kubro Siswo, Dayakan, dsb. Jadi, ini ketika dikembangkan dengan baik, saling terintegrasi, maka pariwisata di Temanggung pastinya akan lebih maju,” terangnya.

Tak hanya itu, Yunianto menegaskan jika nyadran jaran kepang menjadi agenda untuk nguri-uri budaya. Bukan tanpa sebab, di era yang semakin modern, menurutnya banyak anak muda yang beralih cara pandangnya. Mereka justru lebih suka sesuatu yang kebarat-baratan, padahal bangsa Indonesia sendiri sudah punya peradaban yang jauh lebih adiluhung.

“Ini juga untuk menjawab tantangan zaman. Spirit zaman adalah liberalisme yang artinya bebas dan terbuka. Akeses informasi masuk dan membuat anak muda dicekoki hal-hal kebarat-baratan. Alhasil, mereka lupa bahwa kita punya sesuatu yang harus dijaga, termasuk Kuda Lumping. Jadi, ini adalah jawaban dalam rangka nguri-uri budaya itu sendiri,” pungkas sosok Ketua DPC PDI Perjuangan Temanggung itu.

Koresponden : Enggar – Zidan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here