Tradisi Mudik; Perjalanan Melepas Rindu Bung Karno untuk Keluarga

0
Bung Karno Mudik
Foto: Ilustrasi Kumpul Bersama Keluarga Sebagai Bagian dari Tradisi Mudik di Indonesia

Kabupaten Temanggung – Menjelang Hari Raya Idul Fitri atau ‘Lebaran’, hampir setiap perantau di negeri ini melakukan perjalanan yang cukup panjang untuk pulang ke kampung halaman. Kita mengenalnya sebagai ‘mudik’, sebuah folkways yang muncul di hari-hari besar nasional dan keagamaan.

Lalu sejak kapan istilah mudik itu muncul? Sisi historis mengatakan bahwa mudik mulai familiar di tahun 1970-an. Saat itu, banyak penduduk desa yang mulai meniti karir di wilayah perkotaan. Banyak dari mereka bekerja sebagai pedagang, karyawan, bahkan kuli bangunan.

Berbulan-bulan tinggal di perkotaan, tentu ada rasa rindu dari mereka untuk menemui keluarga. Supaya efektif dan efisien, alhasil mereka memilih hari-hari terakhir di Bulan Ramadan.

Tujuannya adalah sekalian untuk menyambut Idul Fitri sekaligus Halal Bihalal dengan sanak saudara.

Dari segi etimologi, mudik diyakini merupakan akronim dari mulih dilik atau pulang sebentar. KBBI menulis arti mudik sebagai pulang ke kampung halaman.

Sementara, tradisi Betawi menerangkan jika mudik memiliki ikatan kata dengan ‘udik’ yang artinya kampung atau desa.

Tapi apakah kita mengetahui bahwa sejatinya mudik juga menjadi tradisi bagi para pemimpin bangsa? Bung Karno misalnya, Presiden RI pertama itu pasti menyempatkan diri untuk pulang ke Blitar, tempat keluarganya berada.

Mudik saat lebaran menjadi momen bagi Bung Karno untuk melepas rindu di sela tugas dan pengabdiannya untuk negara.

Momentum itu juga digunakan Bung Karno untuk saling Halal Bihalal, menyatukan doa serta semangat di internal keluarga, serta ngudo roso untuk masa depan bangsa dan negara.

Biasanya, Bung Karno melakukan perjalanan pulang kampung di hari ketiga lebaran. Ia tidak bisa melaksanakan di akhir Bulan Ramadan, mengingat tugas negara yang dipikulnya cukup banyak.

“Dari Jakarta naik pesawat dan turun di Malang. Dari Malang, baru naik Kereta Luar Biasa (KLB) ke Blitar. Di Rumah Gebang, Blitar, Eyang Ida Ayu Nyoman Rai sudah menunggu. Bapak dan ibu sungkem. Selama seminggu, kami mudik sambil berlebaran di sana,” ungkap Guntur Soekarno, putra sulung dari Bung Karno.

Koresponden : Enggar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here