Kabupaten Klaten – Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Jawa Tengah bersinergi dengan Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Tengah, Drs. Stephanus Sukirno ,M.S menggelar kegiatan Pemantapan Ketahanan Ekonomi, Sosial, dan Budaya Bagi Masyarakat Klaten di Balai Desa Senden, Kecamatan Ngawen, Sabtu (9/9/2023).
Kegiatan pemantapan ini menampilkan empat narasumber, yaitu Sukirno, Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Klaten Agus Riyanto, Pemerhati Pendidikan Klaten Andreas Budi Rustomo, dan Pendamping Petani Klaten Eko Mardiyono.

Dalam kesempatan tersebut, Sukirno menyampaikan, karena terdiri dari berbagai suku bangsa dan latar belakang yang berbeda, maka bangsa Indonesia menjadi rawan konflik dan perpecahan, sehingga tak mengherankan bila bangsa Indonesia bisa dijajah bangsa lain selama 350 tahun.
“Mengapa bangsa Indonesia bisa dijajah? Karena kita mudah dipecah belah, kita tidak bisa bersatu. Kita merasa diri kita yang paling hebat dan benar. Maka, kita butuh kebersamaan. Kebersamaan itu adalah budaya bangsa Indonesia yang menyatukan. Karena bersatu, bangsa Indonesia bisa merdeka,” katanya.
Lebih lanjut, Sukirno menyatakan, dalam peribahasa Jawa ada ungkapan asu gedhe, menang kerahe atau artinya, orang yang merasa besar dan kuat, sering merasa menang dan suaranya harus didengarkan oleh yang lemah.
“Tetapi karena kebesaran jiwa para pendiri bangsa, paribasan itu tidak dilakukan oleh para pendiri bangsa kita. Mereka yang merasa besar dan kuat juga mau mengalah dan mau mengakomodasi kepentingan yang kecil dan lemah untuk kepentingan bersama. Inilah budaya yang kita miliki, budaya yang mau menghormati orang lain. Karena Pancasila mengajak kita untuk mau menghormati yang lain,” ujar Sukirno yang juga menjabat Kepala Badiklat DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah.
Sementara itu, Agus Riyanto mengatakan, toleransi beragama merupakan sikap saling menghormati, saling menghargai setiap keyakinan orang, tidak memaksakan kehendak, serta tidak mencela ataupun menghina agama lain dengan alasan apapun.
Untuk mewujudkan toleransi beragama di tengah masyarakat, maka warga perlu mengembangkan moderasi beragama. Moderasi beragama adalah cara pandang masyarakat dalam beragama secara moderat, yakni memahami dan mengamalkan ajaran agama dengan tidak ekstrem, baik ekstrem kanan maupun ekstrem kiri.
“Moderasi beragama sangat diperlukan sebagai solusi, agar dapat menjadi kunci penting untuk menciptakan kehidupan keagamaan yang rukun, harmoni, damai, serta keseimbangan, baik dalam kehidupan pribadi, keluarga, bermasyarakat, bernegara, maupun kehidupan beragama,” pungkas Agus Riyanto yang juga menjabat Sekretaris DPC PDI Perjuangan Klaten.
Koresponden : Wawan