Refleksikan Tugas Ideologis Partai Dengan Momentum Jumat Agung

0
Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kab. Temanggung, Intan Kurniasari

Kabupaten Temanggung – Jumat Agung merupakan hal yang sakral secara dogmatis serta memiliki nilai etis dari sisi historis bagi umat Kristen dan Katolik. Secara religiusitas, peringatan ini diparadigmakan sebagai upaya reflektif terkait titik balik bagi semua makhluk yang diciptakan oleh Tuhan.

Ditemui di Kantor DPC PDI-Perjuangan Kabupaten Temanggung pada Jumat, (02/04/2021), Intan Kurniasari selaku Sekjen DPC menyatakan, jikalau momentum Jumat Agung ini harus dimaknai serta diaktualisasikan dalam rangka menebar kasih sayang kepada sesama.

“Yesus mengajarkan tentang makna pengorbanan yang menjadi titik balik kehidupan. Di sisi lain, apa yang dilakukan itu merupakan konfigurasi rasa kasih dan sayang-Nya kepada manusia. Itu adalah keteladanan bagi kita,” papar Intan.

Sisi religius dan historis dari pemaknaan Jumat Agung ini selaras dengan konsepsi Bung Karno dalam Dedication of Life-nya. Sebagai makhluk Tuhan, manusia sudah semestinya menumbuhkan jiwa filantropi sosial. Mengabdi kepada-Nya harus diaktualisasikan dengan tindakan konkret, yaitu melalui pengabdian kepada tanah air dan bangsa. Dalam mengabdi, manusia harus mempunyai landasan kuat berupa rasa kasih dan sayang. Di sisi lain, hakikat mengabdi berarti siap mengorbankan diri baik secara moril maupun materiil terhadap progresivitas masyarakat dengan cara yang moderat, utamanya menekankan pada nilai yang harmonis.

Sebagai politisi di PDI Perjuangan, Intan juga merefleksikan pemaknaan Jumat Agung terhadap tugas ideologis Partai. “Yesus telah mengorbankan dirinya atas dasar cinta dan kasih. Oleh karenanya, hal ini harus diteladani dalam mengaktualisasikan tugas ideologis Partai, di mana memperjuangkan nasib rakyat adalah hal yang paling utama dengan dilandasi rasa yang tulus,” tutur Intan.

Terkait peristiwa terorisme yang terjadi beberapa waktu lalu di Makassar, Sulawesi Selatan, Intan menuturkan jikalau tindakan tersebut tidak mencerminkan kepribadian bangsa Indonesia yang seharusnya toleran terhadap pluralisme kehidupan. Baginya, teroris adalah tindakan yang tidak beradab sehingga bisa menimbulkan disintegrasi bangsa yang tentu akan berimplikasi terhadap turunnya reputasi bangsa di kancah percaturan global.

“Ketakutan adalah tujuan akhir yang diinginkan oleh teroris. Tidak ada satupun agama yang mengajarkan kekerasan dan pembunuhan kepada manusia, sehingga hakikatnya teroris adalah orang yang salah membangun persepsi terhadap dogma agama. Sekali lagi saya mengajak masyarakat untuk tidak takut terhadap mereka,” pungkas Intan.

Koresponden: Enggar

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here