Pilkada Temanggung, Agus Gondrong Sangat Unggul Representasikan Masyarakat

1
Temanggung
Foto: Calon Bupati Temanggung Nomor Urut 1, Agus Setyawan alias Agus Gondrong (Mengenakan Iket Kepala Merah)

Kabupaten Temanggung – Pilkada selain menjadi ajang perebutan suara rakyat sejatinya menyimpan sebuah makna tersirat yang harus dipahami. Pertama, Pilkada menjadi wujud konkret pelaksanaan demokrasi, di mana kehendak rakyat sangat menentukan struktur kekuasaan. Kedua, managemen pelaksanaan Pilkada yang baik akan melahirkan tata kelola pemerintahan yang berkualitas.

Di Kabupaten Temanggung, kontestasi Pilkada 2024 untuk merebut kursi A1 dan A2 kian terasa panas. Tentu hal itu menjadi bagian dari proses politik masyarakat yang harus disikapi dengan bijak. Hanya dengan Pilkada-lah, setiap masyarakat di Temanggung secara langsung dapat memberikan hak suara.

Ketika kesadaran berpolitik kemudian dimaksimalkan, alhasil pemimpin daerah yang terpilih mampu untuk merepresentasikan kondisi masyarakat, baik secara simbolik maupun substansial. Inilah yang kemudian dikatakan bahwa Pilkada adalah bagian dari demokrasi yang mampu menentukan struktur kekuasaan di tubuh pemerintah.

Untuk itu, maka setiap calon kepala daerah berlomba-lomba untuk mem-branding dirinya sebagai wujud representasi masyarakat. Beragam cara dilakukan untuk menarik simpati masyarakat, sehingga mereka memilihnya di hari H pencoblosan.

Tapi, nampaknya itu tidak berlaku pada Calon Bupati Temanggung yang berasal dari PDI Perjuangan, Agus Setyawan alias Agus Gondrong. Sepertinya, ia tidak perlu melakukan banyak gimmick di pelataran politik, lantaran background primordial dan sosial-nya sudah sangat mewakili kondisi masyarakat Temanggung.

Agus Gondrong adalah tokoh yang dibesarkan di keluarga petani. Ia sendiri juga menegaskan bahwa pertanian adalah sektor yang tidak bisa ditinggalkan dari aktivitasnya sehari-hari. Hal ini berbanding lurus dengan kondisi demografi di Temanggung, di mana sebagian besar masyarakatnya bermata-pencaharian di sektor agraria.

Kemudian, mantan Kades Camuprejo, Tretep itu berada di keluarga besar Nahdlatul Ulama (NU) semenjak ia lahir. Pun begitu dengan kondisi sosial masyarakat di Campurejo, di mana NU sangat berkembang pesat. Artinya, Agus Gondrong 100% adalah warga NU, di mana NU saat ini juga menjadi ceruk suara ormas agama terbesar di Temanggung.

Agus Gondrong adalah NU Kultural, di mana nilai-nilai ke-NU-an mendarah daging dalam pikiran dan jiwanya. Sangat berbeda dengan kompetitornya, di mana mereka mem-branding dirinya NU hanya karena alasan politis saja. Menjadi pengurus NU hanya beberapa tahun lantas menganggap dirinya mewakili masyarakat NU tentu bukanlah sesuatu yang fair.

Ketika dikaji secara mendalam, sebagian besar masyarakat Temanggung hidup di wilayah pedesaan. Untuk itu, maka sebagian besar pemilihnya jelas berada di desa. Ini memiliki kesamaan dengan Agus Gondrong, di mana ia berasal dari desa ujung utara Temanggung dan merepresentasikan masyarakat desa.

Sangat berbeda dengan Paslon lainnya, di mana mereka berasal dari daerah perkotaan Temanggung. Hidup dengan kenyamanan dan sedikit lebih ‘mewah’ jelas sangat berbeda dengan kehidupan desa yang begitu sederhana.

Kondisi ini secara tidak langsung berimplikasi pada kepribadian seseorang. Masyarakat desa dikenal sangat humble, sederhana, grapyak-sumanak, dan relatif memiliki humor yang lucu. Terbukti, dari ketiga Paslon yang akan bertarung di Pilkada 2024, Agus Gondrong menjadi satu-satunya calon paling murah senyum.

Bahkan, tagline yang diinisiasi ‘Temanggung Seduluran’ menjadi salah satu manifestasi politik jika Agus Gondrong adalah pribadi yang humble, karena tidak ingin menciptakan musuh politik.

Ketika roadshow menemui masyarakat, Agus Gondrong kerap mengendarai motor kesayangannya, ‘Astrea Legenda’ dan terkadang adalah Honda C70. Ini sangat jelas dengan lawannya yang selalu mengendari Toyota Land Cruiser dan Hyundai Pallisade, di mana harganya milyaran rupiah. Kebiasaan ini kemudian menghasilkan persepsi di mana Agus Gondrong memang-lah pribadi yang begitu sederhana.

Tanpa dibuat-buat, tingkat humor Agus Gondorong juga sangat baik. Inilah yang kemudian membuatnya bisa bergaul dengan khalayak umum, terutama adalah anak muda (Millennial dan Gen Z). Dalam kondisi apapun, ia mampu untuk bersikap dengan luwes, tidak terlihat kaku. Menari Jaran Kepang, merajang tembakau, motoran, hingga jokes-jokes yang dikeluarkan sangat sesuai dengan kondisi aktual anak muda.

Sedangkan Paslon yang lainnya, kesan di mana mereka punya selera humor tampak jelas dibuat-buat. Gimmick yang memang tidak didasari dengan kepribadian asli secara ilmu psikologis tentu hasilnya tidak akan maksimal. Secara visual, paslon yang didandani seperti itu malah terkesan kaku dan memaksakan.

Keunggulan lain, Agus Gondrong memiliki rekan seperjuangan bernama drg. Nadia Muna. Kehadirannya tentu melengkapi background sosial Agus Gondrong. Sebagai informasi, Nadia Muna adalah seorang dokter gigi muda berparas jelita. Ia hidup di pusat aktivitas masyarakat (kota) dan punya pengalaman cukup panjang di bidang keagamaan Islam.

Koresponden : Enggar – Ica

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here