Mengingat 9 Ramadan: Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

0
Mengingat 9 Ramadan Hari Proklamasi Kemerdekaan Indonesia

Kota Semarang – Hari ini, Jumat (31/3/2023) bertepatan dengan 9 Ramadan 1444 H ada catatan bersejarah bangsa Indonesia yang terjadi pada bulan Ramadan. Yakni, hari dimana bangsa Indonesia merdeka dari penjajahan melalui Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia.

Hari Kemerdekaan Indonesia menjadi momen bersejarah saat negara ini meraih kedaulatannya sendiri. Momen bersejarah itu terjadi pada 9 Ramadan 1364 H, bertepatan dengan hari Jumat Legi tanggal 17 Agustus 1945. Kemerdekaan Indonesia diproklamasikan pada pukul 10.00 WIB.

Bulan Ramadhan tahun ini, umat Islam di Indonesia kembali menjalankan ibadah puasa. Itu semua mengingatkan mengenai pentingnya Ramadan sebagai starting point menuju perubahan dari masa-masa yang suram menuju masa bahagia, dari ketertindasan menuju kemenangan, dan dari kemiskinan menuju kesejahteraan.

Dimulai dengan perumusan teks Proklamasi

Waktu itu, pada malam harinya Bung Karno dan Bung Hatta baru tiba di Jakarta sekitar pukul 23.00. Sebelumnya mereka berada di Rengasdengklok, karena diculik sejumlah pemuda yang memaksa mereka segera memproklamasikan kemerdekaan sebelum 17 Agustus 1945.

Setibanya di Jakarta, mereka langsung menuju rumah Laksamana Tadashi Maeda di Jalan Imam Bonjol No 1. Sebelumnya, Bung Karno lebih dahulu menurunkan istrinya, Fatmawati, dan putranya, Guntur, di rumahnya.

Bung Karno menjelaskan, Hari Kemerdekaan Indonesia sudah direncanakan dan akan dijalankan pada 17 Agustus 1945. Hal tersebut bukan tanpa alasan, baginya ada alasan filosofis dengan dipilihnya tanggal 17 Agustus sebagai Hari Kemerdekaan Indonesia.

“Pertama kita berada dalam bulan suci Ramadhan. Tanggal 17 jatuh pada hari Jum’at. Al Quran diturunkan pada tanggal 17 Ramadan. Orang Islam melakukan sholat 17 rakaat dalam sehari. Kemudian aku mendengar kekalahan Jepang dan kemudian aku berfikir kita harus segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Kemudian aku menyadari bahwa takdir Tuhan bahwa peristiwa itu akan jatuh tanggal 17. Revolusi mengikuti setelah itu,” ujar Bung Karno.

Malam itu, di rumah Laksamana Maeda rapat untuk membahas persiapan Proklamasi Kemerdekaan pada 17 Agustus 1945. Rapat dipimpin Bung Karno untuk merumuskan teks proklamasi yang akan dibacakan untuk esok harinya.

Miyoshi, orang kepercayaan Nishimura, bersama Sukarni, Sudiro, dan BM Diah menyaksikan Bung Karno, Bung Hatta, dan Ahmad Soebardjo membahas rumusan teks proklamasi. Sedangkan tokoh-tokoh lainnya, baik dari golongan tua maupun golongan pemuda, menunggu di serambi muka.

Menurut Soebardjo, di ruang makan rumah Laksamana Maeda menjelang tengah malam, rumusan teks proklamasi yang akan dibacakan esok harinya disusun. Bung Karno menuliskan konsep proklamasi pada secarik kertas.

Bung Hatta dan Ahmad Soebardjo menyumbangkan pikirannya secara lisan. Kalimat pertama dari teks proklamasi merupakan saran Ahmad Soebardjo yang diambil dari rumusan Dokuritsu Junbi Cosakai, sedangkan kalimat terakhir merupakan sumbangan pikiran Bung Hatta.

Hatta menganggap kalimat pertama hanyalah merupakan pernyataan dari kemauan bangsa Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri, menurutnya perlu ditambahkan pernyataan mengenai pengalihan kekuasaan (transfer of sovereignty). Maka, dihasilkanlah rumusan terakhir dari teks proklamasi itu.

Rapat perumusan teks proklamasi akhirnya sudah final dan rapat selesai pada pukul 03.00. Sayuti Melik langsung mengetik teks proklamasi yang sudah final tersebut, di sela teriakan warga yang membangunkan sahur.

Para perumus teks proklamasi, termasuk Bung Karno dan Bung Hatta, santap sahur dengan roti, telur, dan ikan sarden. Mereka menyantap makan sahur, sedangkan Sayuti Melik menyelesaikan tugasnya untuk mengetik naskah proklamasi dengan mesin ketik yang dipinjam dari Konsulat Jerman dekat rumah Maeda.

Detik-detik Proklamasi dikumandangkan

Saat itu, dini hari menjelang subuh. Jam menunjukkan pukul 04.00, Bung Karno mulai membuka pertemuan itu dengan membacakan rumusan teks proklamasi yang masih berupa konsep di depan tokoh-tokoh lainya yang sudah menunggu di serambi muka rumah Maeda.

Sukarni dari golongan muda menginginkan pembacaan di Lapangan Ikada agar rakyat Jakarta datang melihat momen bersejarah itu. Namun, usul tersebut ditolak oleh Soekarno, dengan pertimbangan Lapangan Ikada masih diduduki tentara Jepang dan tak ingin memulai insiden.

Akhirnya, Rumah Bung Karno yang ada di Pegangsaan Timur Nomor 56 pun disepakati menjadi lokasi dibacakannya teks proklamasi tersebut. Para tokoh bangsa itu berpamitan pulang setelah santap sahur.

Tepat pada pukul 10.00, teks proklamasi kemerdekaan Indonesia dibacakan Bung Karno didampingi Bung Hatta. Bendera Merah Putih jahitan ibu Fatmawati pun berkibar di rumah Bung Karno serta lagu “Indonesia Raya” berkumandang dengan sorak sorai rakyat yang bergembira menyambut Indonesia merdeka.

Foto: Suasana Proklamasi Kemerdekaan Indonesian di halaman rumah Bung Karno

Pada hari itu, Jumat Legi, tanggal 17 Agustus 1945 bertepatan 9 Ramadan 1364 H menjadi hari bersejarah bagi bangsa Indonesia dengan diproklamirkanya kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Penulis: Yusuf

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here