Kabupaten Banjarnegara – Anggota Fraksi PDI Perjuangan Kab. Banjarnegara, Marno, melakukan budidaya Kopi Arabika di Desa Karanganyar Kecamatan Kalibening, Kab. Banjarnegara.
Marno mengatakan, pada waktu itu masyarakat di Desa Karanganyar sebagian besar menanam tembakau, hingga kemudian pada tahun 2003, Marno mendapatkan bibit Kopi Arabica Sigararuntang yang merupakan aspirasi dari Hj. Sri Ruwiyati, S.E., M.M., yang pada saat itu menjabat sebagai Ketua DPRD di Kab. Banjarnegara. Bahkan sampai saat ini, Hj. Sri Ruwiyati, S.E., M.M., masih tetap melakukan pembinaan.

“Kopi milik saya ini, pernah saya ikutsertakan dalam Festival Kopi Nasional di Bondowoso, pada tanggal 25-26 Agustus 2017, dan meraih juara 1. Selain itu, Kopi tersebut juga menjadi juara 1 dengan kategori kopi terfavorit dalam Pameran PRB 2019, di Bangka Belitung. Kopi Arabica Kalibening dinyatakan unggul dalam bermacam kategori, yaitu, aroma (fragrance), cita rasa (flavor), kekentalan (body), keasaman (acidity), serta citarasa yang melekat di kerongkongan setelah kopi diteguk (aftertaste),” tuturnya.
Marno menambahkan, setelah Kopi Arabica miliknya dinobatkan sebagai juara 1, sejak itulah tren kopi Karanganyar semakin meningkat. Sehingga, saat musim panen tiba, para petani kopi tidak lagi mengalami kesulitan dalam menjual hasil panenanya. Selain itu, saat musim masa panen, para petani kopi dapat memetik kopi setiap 5 hari sekali. Dengan demikian, kopi memiliki nilai ekonomis, yang artinya, kopi dapat dijadikan penghasilan pokok saat ini.

“Saya mendorong Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) setempat, agar dapat berinovasi dalam mengelola hasil kopi menjadi bahan jadi. Tahap awal yang harus disiapkan adalah SDMnya. Sebab, sumber daya alam sudah tersedia, serta dalam hal permodalan juga bukan hal yang sulit, karena ada sumber dana desa. Apabila SDM dioptimalkan, maka Bumdes Karanganyar bisa semakin berkembang,” imbuhnya.
Marno berharap, Pemerintah Kabupaten Banjarnegara, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Pusat agar dapat membantu para petani, terutama memberi bantuan bibit kopi. Tidak hanya itu saja, peran serta Pemerintah melalui pelatihan pengolahan kopi pasca petik, maupun pelatihan budidaya kopi sangat diperlukan, begitu pula dengan peralatan, serta permodalan.
Sementara itu, para petani kopi di Desa Karanganyar saat ini belum melakukan pengolahan sendiri. Meskipun ada yang sudah dapat mengolah sendiri, akan tetapi jumlahnya belum begitu banyak. Para petani hanya menanam kopi saja, dan kemudian saat musim panen tiba para petani akan menjual hasil panennya kepada tengkulak yang berasal dari daerah Wonosobo dan Temanggung. Setiap musim panen tiba, para petani dapat melakukan pemetikan setiap 5 hari. Sekali petik dapat mencapai 1,5 sampai dengan 2 ton.
“Saya mengajak kepada Kader Partai untuk dapat mencermati potensidi daerahnya masing masing, terutama di sektor pertanian. Peran serta Kader PDI Perjuangan yang menduduki jabatan, tentunya harus bisa membuat kebijakan yang bermanfaat untuk masyarakat, dalam rangka mengembangkan potensi di wilayahnya,” pungkasnya.
Koresponden : Chrisna