Kabupaten Temanggung – Konservasi budaya merupakan hal penting yang wajib dilaksanakan sebagai bentuk tanggung jawab ideologis warga negara. Bagaimanapun juga, budaya merupakan produk peradaban manusia yang telah mencapai titik kulminasi. Untuk itu, tidak mengherankan jikalau persepsi global terhadap sebuah bangsa sangat bergantung terhadap keberadaan budaya yang terus dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi lintas usia.
Bentuk konservasi budaya ini terefleksikan dengan kegiatan rutin Yunianto, Ketua DPRD Temanggung yang terus berkomitmen memajukan kesenian Kuda Lumping. Menurutnya, budaya dalam bentuk tarian ini memiliki nilai filosofis tersendiri bagi masyarakat, utamanya adalah bagaimana untuk terus menumbuhkan fighting spirit di tengah dinamika dan gejolak yang terjadi.
“Kuda Lumping ini ketika dimaknai secara interpretatif tentu sangat mengandung nilai filosofis. Hal paling utama adalah fighting spirit dari masyarakat untuk menanggulangi hal-hal yang tidak diinginkan. Di situ ada leader-nya, ada pasukan yang bergotong royong, serta terdapat barisan yang kuat. Ini adalah bentuk peradaban masyarakat lampau yang sarat akan nilai kehidupan di mana saat ini kita juga mesti bergotong royong menghadapi spirit liberalisme dan individualisme,” ungkap Yunianto ketika menghadiri pagelaran seni dan budaya di Desa Balesari, Kecamatan Bansari, Sabtu (26/2/2022).
Lebih lanjut, sosok Ketua DPC PDI Perjuangan Temanggung ini mengungkapkan bahwasanya dengan melestarikan kesenian Kuda Lumping, maka tugas ideologis masyarakat sebagai bagian dari unsur negara juga akan teraktualisasikan. Mengutip ungkapan Bung Karno, ia menegaskan bahwa melestarikan kesenian tradisional ini dapat menunjukkan kepribadian bangsa Indonesia.
“Berkepribadian Dalam Berkebudayaan, begitulah ide Bung Karno dalam Trisakti-nya yang harus kita maknai dengan baik. Artinya, semua pihak mesti bersinergi dan berkolaborasi dalam melestarikan kebudayaan. Terlebih, Kuda Lumping ini sangat ikonik, mempunyai kedekatan dengan sosio-kultural masyarakat Temanggung. Tunjukkan kiprah kita dengan tindakan konkret dan realistis,” tegasnya.
Meskipun dalam situasi Pandemi Covid-19, Yunianto tetap menekankan supaya masyarakat terus melestarikan budaya seperti Tari Kuda Lumping tersebut. Menurutnya, optimalisasi teknologi menjadi langkah strategis ketika pagelaran seni konvensional harus dihentikan akibat larangan mengumpulkan massa.
“Momen ini pegiat kesenian menampilkan Tari Kuda Lumping secara real-time. Akan tetapi ketika nanti misalnya eskalasi PPKM naik, maka upaya menjaga budaya bangsa tidak boleh berhenti. Generasi mudanya harus memahami eksistensi budaya dengan sumber informasi yang kredibel. Pegiat seni juga bisa mempromosikannya melalui internet, mengingat konektivitas dunia maya saat ini semakin intensif dan inklusif,” pungkas Yunianto.
Koresponden : Enggar – Zidan