Bung Karno, Presiden pertama Republik Indonesia, melakukan ibadah haji pada tahun 1955 yang memiliki makna lebih dalam dari sekadar memenuhi kewajiban agama. Perjalanan ini tidak hanya untuk mendapatkan gelar haji, tetapi juga untuk memperkuat hubungan diplomatik Indonesia dengan negara-negara Muslim di Timur Tengah.
Dalam persiapannya, Bung Karno memiliki visi yang lebih besar daripada sekadar pelaksanaan ritual agama. Ia melihat ibadah haji sebagai kesempatan untuk memperkuat hubungan diplomatik dengan negara-negara Muslim dan mempromosikan persatuan umat Islam. Pada tahun tersebut, Bung Karno berangkat bersama rombongan besar, termasuk beberapa pejabat tinggi negara dan ulama terkenal.
Setibanya di Arab Saudi, Bung Karno disambut dengan penuh hormat oleh Raja Saudi, yang menunjukkan penghargaan tinggi terhadap pemimpin Indonesia tersebut. Penerimaan hangat dari Raja Saudi bukan hanya sebuah formalitas, tetapi juga cerminan dari penghormatan dan pengakuan terhadap perjuangan Bung Karno dalam memajukan Indonesia dan mempererat hubungan dengan dunia Islam.
Selama di Tanah Suci, Bung Karno juga menerima nama “Ahmad” dari seorang ulama terkenal di Mekkah. Nama ini diberikan sebagai bentuk penghormatan, mengingat Ahmad adalah salah satu nama Nabi Muhammad dan melambangkan pemimpin yang mulia dan berpengaruh.
Selain itu, Bung Karno juga meninggalkan jejak penting melalui inisiatifnya untuk menanam pohon di Padang Arafah. Usulan ini diterima oleh Raja Saudi dan hingga kini dikenal sebagai “Pohon Soekarno”. Penanaman pohon ini bertujuan untuk memberikan keteduhan bagi para jemaah haji di Arafah yang saat itu gersang.
Perjalanan haji Bung Karno menegaskan komitmennya untuk mempromosikan nilai-nilai Islam dan mempererat hubungan antara Indonesia dan negara-negara Muslim lainnya. Pengaruh Bung Karno di dunia Islam semakin kuat setelah perjalanan haji ini, memperlihatkan bagaimana ia berhasil memadukan peranannya sebagai pemimpin nasional dengan pemimpin umat Islam di kancah internasional.
Warisan dari perjalanan haji Bung Karno masih terasa hingga saat ini. Penghargaan dan penghormatan terhadap Bung Karno sebagai tokoh besar Islam terus dikenang, dan inisiatif-inisiatifnya seperti penanaman pohon di Arafah tetap menjadi simbol persahabatan dan kolaborasi antara Indonesia dan Arab Saudi.
Perjalanan haji Bung Karno pada tahun 1955 ini merupakan sebuah momen bersejarah yang melampaui sekadar pelaksanaan ritual agama. Melalui perjalanan ini, Bung Karno berhasil memperkuat hubungan diplomatik, mempromosikan nilai-nilai Islam, dan meninggalkan jejak yang abadi dalam sejarah Indonesia dan dunia Islam. Kisah ini tidak hanya menggambarkan kesalehan pribadi Bung Karno, tetapi juga visi besarnya untuk kemajuan dan persatuan umat Islam di seluruh dunia.
Baca juga: Bung Karno, Manusia Otentik yang Idenya Tak Pernah Mati
Tim Editor