Implementasi Nilai-Nilai Budaya Lokal Sebagai Upaya Pembangunan Karakter Bangsa

1

Kebudayaan adalah pola dari pengertian-pengertian atau maknayang terjalin secara menyeluruh dalam simbol-simbol yang ditransmisikan secara historis, suatu sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk bentuk simbolik yang dengan cara tersebut manusia berkomunikasi, melestarikan dan mengembangkan pengetahuan dan sikap mereka terhadap kehidupan (Geertz, 1992). Pendapat Geertz (1992), menegaskan bahwa budaya atau kebudayaan tersendiri adalah sebuah hasil karya dari nenek moyang atau leluhur yang sengaja dijaga dan dilestarikan serta diajarkan melalui komunikasi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Menurut Tilaar (1999), salah satu ekses dari kondisi Indonesia saat ini yang berada pada era transformasi sosial menghadapi era modern dan globalisasi. Maka dari itu pendidikan berkarakter dan nilai-nilai budaya lokal menjadi sangat penting diajarkan penuh kepada generasi muda penerus bangsa.

Menurut Wening (2012) perilaku seseorang ditentukan oleh faktor lingkungan dengan landasan teori kondisioning ada fungsi bahwa karakter ditentukan oleh lingkungan. Seseorang akan menjadi pribadi yang berkarakter apabila dapat tumbuh pada lingkungan yang berkarakter. Tentunya ini memerlukan usaha secara menyeluruh yang dilakukan semua pihak: keluarga, sekolah, dan seluruh komponen yang terdapat dalam masyarakat. Oleh karena itu, implementasi nilai-nilai budaya lokal harus dimulai dari lingkup paling kecil dalam masyarakat, yaitu keluarga. Keluarga merupakan garda pertama yang menentukan karakter seseorang, kemudian baru lingkungan akan mengubah pola pikirnya dan pendidikan akan menentukan tujuan hidupnya.

Ketetapan MPR No/ V /MPR/2000 menyatakan, nilai- nilai agama dan nilai-nilai budaya bangsa tidak dijadikan sumber etika dalam berbangsa dan bernegara oleh sebagian masyarakat hal itu akhirnya melahirkan krisis akhlak dan moral yang berupa ketidakadilan, pelanggaran hukum, dan pelanggaran hak asasi manusia dan kurangnya pemahaman, penghayatan, dan kepercayaan akan keutamaan nilai-nilai yang terkandung pada setiap sila pancasila dan keterkaitannya satu sama lain, untuk kemudian diamalkan secara konsisten disegala lapis dan bidang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Beberapa ajaran sesepuh jawa tentang kepemimpinan, antara lain menurut Mangkunegoro I. Prinsip-prinsip kepemimpinan yang diajarakan dikenal dengan nama Tri Dharma. Isi Tri Dharma Mangkunegoro I, diantaranya Mulat salira  hangrasa wani, artinya melihat dan mengenal dirinya sendiri, bersikap mawas diri atau introspeksi, percaya diri, penuh rasa kesadaran diri, sampai terbentuk pribadi dewasa yang berjati diri, Rumangsa melu handarbeni, artinya merasa ikut memiliki negara dan tanah air yang tercinta sebagai hasil perjuangan Pangeran Sambernyawa (Mangkunegoro I) bersama rakyat pupuk persatuan dan kesatuan. Wajib melu hangrungkebi, artinya setiap warga negara wajib berkorban dari kesadaran pribadi dan rasa tanggung jawabnya terhadap tanah air, rela berkorban demi tanah air.

Falsafah jawa oleh Mangkunegoro IV, dalam Wulangreh, Wedatama dan Serat Centini. Seorang pemimpin harus memiliki sifat-sifat baik dan utama, yaitu Heneng, hening, heling, waspada atau hawas, aja mung rumangsa bisa, nanging sing bisa rumangsa. Ajaran Falsafah jawa dalam Wulangreh oleh S. Pakubuwono IV. Ajaran ini menunjukkan sifat-sifat yang buruk yang harus dihindari bila ingin menjadi pemimpin, juga setelah menjadi pemimpin agar mendapat dukungan dari masyarakat, yaitu Aja adigang, adigung, adiguna; aja lonyo; aja lemer; aja genja; aja abuntut; aja nyumur; aja drengki; aja meren; aja dakwen; aja maoni; aja ma lima (main, madad, maling, minum, madon). Dan yang terakhir menurut Ki Hajar Dewantara, beliau mengajarkan sifat-sifat yag harus dimiliki oleh seorang pemimpin, yaitu Tetep, teteg, antep lan mantep. Ngandel, kendel, kandel lan bandel. Ning, neng, nung lan nang. Ing ngarso sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani.

Implementasi nilai-nilai budaya lokal terutama ilmu-ilmu kepemimpinan yang telah diajarkan oleh leluhur atau sesepuh akan menghasilkan Pendidikan berkarakter, generasi muda yang tangguh dalam bela negara dan rasa memiliki negara yang tinggi, jadi dalam pikiran sudah tertanam bahwa negara ini milik kita dan harus dijaga bersama. Membangun bangsa indonesia adalah tanggung jawab bersama. Suatu bangsa akan maju jika pendidikannya berkarakter dan kehidupannya berimplementasi pada nilai-nilai budaya lokal.

Penulis: Yenny Zanubah Arifah

1 COMMENT

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here