
Ketua PAC PDI Perjuangan Kecamatan Kembaran, Banyumas, Agus Waluyo membuat program layanan bantuan berobat ke rumah sakit bagi warga miskin. Ribuan warga yang tidak punya jaminan kesehatan dan biaya berobat ia urus untuk mendapatkan pengobatan gratis. Mengamalkan ideologi partai untuk berpihak pada wong cilik.

Kuntoro (44 tahun) bergegas mendatangi lokasi kecelakaan lalu lintas yang menimpa anaknya, Asa Fatih Fadillah (18). Sampai di lokasi, warga Desa Ledug, Kecamatan Kembaran itu pingsan karena tak kuat melihat anaknya terluka parah setelah sepeda motor yang ditumpanginya tertabrak mobil. Warga sekitar segera melarikan Asa ke rumah sakit Margono Soekardjo yang berjarak puluhan meter dari TKP.
Kuntoro menyusul ke rumah sakit setelah siuman beberapa jam kemudian. Dokter memberitahu anaknya harus mendapatkan perawatan khusus karena luka parah yang dideritanya. Kuntoro shock ketika pihak rumah sakit menyodorkan rincian perkiraan biaya operasi puluhan juta rupiah untuk anaknya. “Saya cuma buruh harian, duit darimana sebanyak itu,” tutur kuntoro.
Dalam kebingungan, Kuntoro mendatangi rumah Ketua PAC PDI Perjuangan Kembaran, Banyumas Agus Waluyo. Sudah lebih dari delapan tahun rumah Agus Waluyo menjadi tempat mengadu warga yang kesulitan berurusan dengan rumah sakit dan biaya pengobatan kesehatannya.
Agus pun langsung berkoordinasi dengan Ketua RT dan tokoh masyarakat tempat Kuntoro tinggal untuk pengurusan administrasi rumah sakit. Ia pun segera menghubungi Ketua DPC PDI Perjuangan Banyumas dr. Budhi Setyawan yang juga menjabat Wakil Bupati Banyumas agar biaya pengobatan Asa bisa ditanggung oleh Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) Kabupaten Banyumas.
Namun, biaya pengobatan Asa sebesar 45 juta rupiah terlalu besar untuk dijamin Jamkesda kabupaten . Tak putus asa, Agus menghubungi rekan-rekan satu partai di Semarang. Akhirnya Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Tengah memberikan surat rekomendasi kepada Direktur RS. Margono agar pengobatan Asa digratiskan. Tak lama kemudian bantuan dari Jamkesda Provinsi pun mengucur untuk pengobatan Asa.

Pasca operasi, Agus Waluyo mengantar Asa ke rumah sakit untuk perawatan dan kontrol dokter. “Saya sangat berterimakasih sekali, Pak Agus benar-benar membantu saya. Orang seperti saya jika tidak dibantu mau dapat duit segitu dari mana? Saya kerja serabutan, kadang juga ikut bantu-bantu jadi kuli,” ungkap Kuntoro yang ditemui di kediamannya.

Keluarga Kuntoro adalah salah satu warga miskin di Kecamatan Kembaran, Banyumas yang menikmati program pendampingan kesehatan dari Agus Waluyo. Sejak tahun 2010, tercatat sekitar 2000 orang miskin telah merasakan manfaat bantuan dari Agus Waluyo. Meski ada BPJS dan Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari pemerintah pusat, program Agus terus berjalan. “Untuk program BPJS sendiri harus iuran 25 rupiah per orang. Masih berat bagi warga miskin jika punya 6 orang anggota keluarga. Berbeda dengan Jaminan Kesehatan Daerah (Jamkesda) yang biayanya benar-benar gratis karena ditanggung APBD Kabupaten,” ungkap Agus.
Menembus birokrasi kesehatan

Agus merelakan ruang tamu rumahnya sebagai ruang pengaduan warga. Rumah yang juga digunakan sebagai kantor PAC PDI Perjuangan Kecamatan Kembaran ini, dilengkapi komputer untuk mendata pengaduan warga. Berkas-berkas untuk mengurusi birokrasi rumah sakit tertata rapi di atas meja kerja miliknya. Setiap hari rumahnya selalu ramai oleh warga yang mengadu tentang masalah pengobatannya. “Biasanya orang kesini mengadu, orang mau masuk ke rumah sakit tapi gak punya Jaminan Kesehatan, kedua, tidak punya biaya lagi. Biasanya orang itu langsung kita kirim ke rumah sakit, nanti masalah administrasi kita yang cover. Yang terpenting adalah jika dalam keadaan darurat orang yang sakit harus ditangani dulu, surat-suratnya menyusul.” Papar Agus.
Agus hanya meminta fotokopi KTP dan Kartu Keluarga dari calon pasien, selebihnya Agus-lah yang mengurusi semua urusan administrasi hingga pasien sembuh. Agus bahkan sampai mengurus pembuatan KTP dan KK bagi warga miskin yang belum punya untuk keperluan adminsitrasi di rumah sakit. Dengan menggunakan sepeda motor miliknya, Agus wira-wiri mengurus administrasi dari instansi ke instansi. Untuk uang bensin dan biaya operasional, Agus memakai uang pribadinya.
Semua orang yang datang ke rumahnya diterima dengan tangan terbuka tanpa ada yang dibeda-bedakan. “Siapa saja, saya tidak memandang dari suku, agama, ras, maupun dari latar belakang partai politik. Pernah ada pengurus partai Golkar yang datang kesini mau ke rumah sakit tapi gak punya biaya ya kita bantu sajalah. Kita tidak memandang dari berbagai latar belakang. Orang nasrani, agama apa pun kita bantu.” Imbuh Agus.
Sepak terjang Agus membuat warga miskin bungah. “Pak Agus itu kinerjanya bagus, bahkan dari urusan kabupaten hingga provinsi beliau bisa membantu. Jelas sangat membantu rakyat biasa, yang tidak punya uang untuk berobat ke rumah sakit,” cerita Warto (45), tokoh masyarakat Desa Ledug, Kembaran.
Sayangnya Agus belum punya mobil ambulans sendiri. “Berhubung kita tidak punya ambulans, saya hanya menyuruh keluarga untuk mengantar calon pasien ke rumah sakit, untuk administrasi kami hanya meminta fotokopi KTP dan KK saja dari pasien. Sedang administrasi selebihnya kita yang urus. Bahkan ada yang urusannya sampai harus ke provinsi pun kita pernah talangi,” jelas Agus yang juga berprofesi sebagai pengelola parkir di pasar tradisional Kembaran, Banyumas.
Dalam menjalankan kerja ideologisnya membantu wong cilik , Agus Waluyo dibantu kedua putranya, Bagus Aldo Sasongko dan Yusuf Arinton. Yusuf, putra sulungnya, giat memperjuangkan jaminan kesehatan bagi warga miskin. Yusuf ditugaskan oleh ayahnya sebagai eksekutor di lapangan. Setelah menerima pengaduan, Agus memerintahkan anaknya untuk mendampingi warga miskin itu di rumah sakit. “Tugas saya adalah pertama, memastikan data untuk jaminan kesehatan itu sudah apa belum. Selanjutnya membawa berkas itu ke dinas kesehatan untuk mendapatkan jaminan kesehatan. Jadi bukan proses yang pendek,” ungkap Yusuf yang saat ini menjabat Asisten Mentor Komunitas Juang.
Mendongkrak Elektabilitas Partai
Program pendampingan kepada warga miskin ini berdampak elektoral terhadap PDI Perjuangan. Agus dapat menggusur dominasi partai lain di salah satu desa di Kecamatan Kembaran. Suara PDI Perjuangan mencapai 65 persen.

Meski secara total suara partainya naik, Agus belum berhasil lolos menjadi anggota DPRD Banyumas pada pemilu 2014 lalu. Ia menempati posisi empat di antara Caleg PDI Perjuangan dengan perolehan 4600 suara.
Kegagalannya pada Pileg 2014 berpengaruh dalam kehidupan ekonominya. Namun kondisi ini tak menyurutkan Agus untuk terus mendampingi warga miskin yang kesusahan berobat. Peran itu menurut Agus sebagai wujud dedikasi dan loyalitas untuk kerja ideologis partai, bukan semata motif politik. Agus tetap konsisten mewangikan PDI Perjuangan lewat dedikasinya kepada kaum marhaen di wilayahnya. “PDI Perjuangan adalah rumah saya, tempat pengabdian saya kepada nusa dan bangsa. Agus selalu ingat petuah Bung Karno: “Bekerjalah seikhlas-ikhlasnya jangan pernah kamu berhitung untung dan ruginya, jikalau bukan engkau yang terima akibatnya, maka anakmu, jika bukan anakmu pasti cucumu!”
Agus juga selalu teringat ucapan Ketua DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah Bambang Wuryanto alias Mas Patjul. “Saya ingin menjadi orang yang bermanfaat bagi orang lain, minimal, kata Komandan Bambang Patjul, jikalau saya mati nanti, orang itu akan mengenang saya sebagai orang yang baik, dan didoakan. Itu kata-kata pak Bambang Patjul yang saya pegang.”!!!
FITO AKHMAD ERLANGGA