Kabupaten Klaten – Dalam memerangi faham radikalisme yang masuk di Indonesia, perlu adanya pendidikan kebudayaan sejak dini untuk para generasi penerus bangsa. Hal ini disampaikan Bendahara DPC PDI Perjuangan Kab. Klaten, Sutarjo di kediamannya, di Desa Jogoprayan, Kecamatan Gantiwarno, Kamis (28/10/2021).
Sutarjo tertarik masuk PDI Perjuangan sejak Tahun 1969, yang pada saat itu masih bernama Partai Nasional Indonesia (PNI), dan diketuai Bung Karno. Sutarjo mengatakan, dirinya menyukai PDI Perjuangan, karena memang keluarganya terlahir dari orang partai. Orang tuanya kala itu merupakan pengurus PNI Ranting Kecamatan Gantiwarno.
“Kala itu, tokoh PNI dari Klaten bernama Hadi Supeno. Selain itu, saya mendengarkan orang tua, dan akhirnya saya tertarik dengan partai melalui membaca buku-buku Bung Karno, seperti berjudul sarinah, penyambung lidah rakyat dan srikandi. Perlu diketahui, bahwa bisa bergabung di partai itu sebuah kebanggaan dan sangat terhormat. Jadi, pada Tahun 1982, saya diijinkan orangtua, untuk masuk ke partai. Saat itu juga, saya sudah mempunyai hak pilih untuk mencoblos,” jelasnya.
Sutarjo menambahkan, pada Tahun 1987, dirinya menuntut ilmu/kuliah di salah satu Universitas di Yogyakarta, dirinya mengikuti kampanye di Alun-alun Yogyakarta. Disitulah, bisa bertemu dengan Ketua Umum Partai, Hj. Megawati Soekarnoputri.
Sutarjo mengungkapkan, dengan berjalannya waktu, pada Tahun 1996 terjadi peristiwa Kudatuli, pada saat itu, Hj. Megawati Soekarnoputri didukung oleh arus bawah (grass root). Setelah peristiwa tersebut saya bergabung dengan Pro Mega (Promeg) Klaten. Kemudian, pada Tahun 1998 di Kab. di bentuk Ranting PDI Perjuangan dan dirinya menjadi Ketua Ranting PDI Perjuangan di Desa Jogoprayan, Kecamatan Gantiwarno.
“Kemudian, dalam prosesnya pada Tahun 2005, saya masuk menjadi Pengurus DPC PDI Perjuangan Kab. Klaten, sebagai Wakil Ketua Bidang Ideologi dan Kaderisasi. Setelah itu, saya ditugaskan oleh DPC PDI Perjuangan Kab. Klaten untuk mengikuti sekolah Partai yang diadakan oleh DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah, yaitu sekolah kader madya. Dari Klaten yang ditugaskan saya dan Hj. Kadarwati yang saat ini menjadi Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Provinsi Jawa Tengah,” paparnya.
Selanjutnya, dengan perjalanan waktu, pada Tahun 2010, Sutarjo menjadi Bendahara DPC PDI Perjuangan Kab. Klaten. Pada Tahun 2015, Sutarjo menjadi Wakil Ketua Bidang Kehormatan Kemudian, pada Tahun 2019, dirinya menjadi Bendahara DPC PDI Perjuangan Kab. Klaten, sampai saat ini.
“Motivasi saya di Partai adalah, karena saya senang dan bangga menjadi Kader Partai. Sebab, dengan berpartai, kita akan selalu bermanfaat untuk masyarakat dengan jiwa Fighting Spirit. Dalam menangkal radikalisme, bisa dilakukan dengan kebudayaan. Menurut saya, budaya Jawa itu bisa menangkal faham radikalisme. Budaya Jawa tersebut diantaranya, Wayangan dan Gamelan,” imbuhnya.
Dalam menjaga kebudayaan dan melestarikan Budaya Jawa, Sutarjo mendidik anak-anak kecil generasi penerus di desanya, setiap 3 hari sekali, belajar karawitan dan gamelan. Selain itu, orangtua di sekitar rumahnya juga selalu melakukan karawitan, dengan maksud untuk menjaga budaya jawa. Namun, selama Pandemi Covid-19, kegiatan tersebut ditiadakan, sampai diperbolehkan untuk kumpul-kumpul lagi.
Sutarjo berharap, PDI Perjuangan semakin mantap, baik mantap program, maupun mantap Ideologi. Sebab, PDI Perjuangan ini sebagai benteng menjaga Pancasila, agar cita-cita bangsa ini tercapai.
“Dari Tahun 1982, PDI segilima, kemudian Tahun 1998, promega hingga Tahun 1999 menjadi PDI Perjuangan. Dilihat dari perkembangannya, kemajuan Partai kita sangat signifikan. Secara organisasinya sudah baik dan secara kualitas, serta sumber daya ekonomi, Partai sudah sangat maju dan bagus,” pungkasnya.
Koresponden : Wawan