Kabupaten Karanganyar – Guna peningkatan kapasitas kelompok Pecinta Alam di Jawa Tengah, Pemprov Jateng melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Jawa Tengah mengadakan Bimbingan Teknis Kelompok Pecinta Alam. Kegiatan berlangsung selama 2 hari, yakni 7-8 Juni 2022. Hadir dalam kegiatan tersebut, Pecinta Alam dari berbagai kelompok di Jawa Tengah, Kepala Dinas LHK Jateng Widi Hartanto, S.T, M.T., serta H. Sumanto, S.H selaku Ketua Komisi B DPRD Jateng.
Sumanto mengatakan kepedulian terhadap lingkungan hidup pada saat ini sudah merupakan kebutuhan global dalam rangka kepentingan hidup umat manusia. Kepedulian sekelompok manusia saja terhadap lingkungan hidup tentu tidak cukup, karena kondisi lingkungan saat ini akan mempengaruhi kondisi global.

“Saat ini bumi berpenghuni sekitar 7,2 milyar jiwa. Untuk itu diperlukan sumber daya alam yang besar untuk pemenuhan kebutuhan dasar untuk pewujudan kesejahteraan melalui kegiatan konsumsi dan produksi dalam kehidupan sehari-hari. Kebutuhan konsumsi dan produksi tersebut dapat menimbulkan tekanan yang besar pada keberlanjutan sumber daya alam dan kualitas lingkungan hidup kita,” ungkapnya.
FAO (Food and Agriculture Organization) Organisasi Pangan dan Pertanian dari PBB memprediksi dunia harus meningkatkan produksi pangan sebanyak 70% tahun 2050. Populasi global terus bertambah secara cepat, sementara jumlah sumber daya lahan terus menyusut. Petani Gurem di Jawa Tengah rata-rata memiliki lahan hanya 0,15 Ha sehingga perlu adanya inovasi-inovasi yang mampu memaksimalkan sumber daya lahan yang terbatas.
Menurut Sumanto, saat ini para petani terjebak dalam ketergantungan akan pupuk urea yang disubsidi oleh pemerintah. RDKK 2020 mencatat ada 13,9 juta petani dengan usulan pupuk total mencapai 26,2 juta ton, padahal pemerintah hanya memenuhi 8,9 juta ton. Alhasil, banyak petani gurem yang tidak mendapatkan pupuk subsidi.
“Maka petani harus kembali menggunakan pupuk organik, karena selain menyehatkan tanah, sumber dayanya yang ada sekitarnya tetap terjaga. Tanah akan kembali sehat, subur seperti dalam syair lagu Koes Plus tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Pemerintah juga perlu membuat demplot percontohan, agar terbentuk keyakinan petani untuk menggunakan pupuk organik,” ujar Sumanto.
Oleh karena itu, perlu bahwa harmonisasi antara pembangunan dengan kebijakan pengelolaan lingkungan harus melahirkan suatu konsep pembangunan yang semata-mata tidak hanya berorientasi pada kepentingan pertumbuhan ekonomi, melainkan juga harus berorientasi pada fungsi kelestarian lingkungan hidup.
“Sustainable development atau konsep pembangunan berkelanjutan yang di dalamnya memadukan konsep pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan dari fungsi kelestarian lingkungan hidup,” pungkas Sumanto, Wakil Sekretaris DPD PDI Perjuangan Jateng tersebut.
Koresponden : ERS