Kota Semarang – PDI Perjuangan sebagai Partai politik terbesar di Indonesia selalu menekankan kepada kader agar senantiasa turun ke bawah. Kehadiran mereka di masyarakat tentunya juga harus memberikan kontribusi positif, utamanya dalam memperkuat tenaga Kaum Marhaen.
Hal itu tidak terlepas dari ajaran Sang Proklamator, Bung Karno yang menegaskan bahwa tugas pertama dan paling utama bagi seorang kader ialah menambah tenaga Kaum Marhaen. Adapun Kaum Marhaen itu ialah wong cilik, rakyat yang tidak punya akumulasi kapital serta mesti diperhatikan eksistensinya oleh negara.
Menyikapi hal itu, sejak awal PDI Perjuangan di bawah kepemimpinan Ibu Megawati Soekarnoputri kemudian terus hadir di tengah-tengah rakyat. Saking dekatnya dengan wong cilik, bahkan PDI Perjuangan kemudian disebut khalayak umum sebagai Partaine Wong Sandal Jepit.
Sandal Jepit adalah metafora yang melambangkan orang tidak berpunya, karena mereka tidak memiliki sepatu. Meskipun demikian, Ibu Megawati tetap bangga menjadi bagian dari wong cilik itu. Dengan mendengarkan wong cilik, maka kemudian harapan dan cita-cita bisa diperjuangkan melalui dunia politik.
“Partai yang dulu benar-benar kecil, selalu diremehkan, partai sandal jepitlah, wong cilik-lah. Saya bilang, selalu saya bangga berada di dalam (partai itu). Mereka yang wong cilik dan sandal jepit itu,” tutur Ibu Megawati beberapa tahun lalu ketika membuka acara Rakerna Kedua PDI Perjuangan Tahun 2021 di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Ketika dimaknai secara mendalam, hal ini juga selaras dengan tujuan nasional bangsa Indonesia sesuai yang termaktub di pembukaan UUD 1945. Selain mencerdaskan kehidupan bangsa, tugas negara adalah memelihara fakir dan miskin, sehingga mereka setidaknya mampu untuk memenuhi kebutuhan pokoknya.
Amanah konstitusi, pesan Bung Karno tentang tugas kader, serta kedekatan Ibu Megawati dengan wong cilik itu kemudian diterjemahkan oleh kader-kader PDI Perjuangan untuk terus bergerak turun ke bawah. Salah satunya ialah Ketua DPP PDI Perjuangan sekaligus Ketua DPR RI, Mbak Puan Maharani.
Secara biologis, Mbak Puan memang putri dari Ibu Megawati sekaligus cucu Bung Karno. Tapi, bukan hanya karena alasan itu saja ia masuk di arena politik. Garis keturunan adalah given dari Tuhan Yang Maha Kuasa serta manusia tidak bisa merencanakan untuk menjadi anak dari siapa. Mbak Puan terbukti menempa diri dengan banyak pengalaman di lapangan, termasuk bagaimana merangkul wong cilik itu.
Tidak langsung menjabat sebagi pengurus Partai, Mbak Puan mengaku jika dulunya ia selalu mengikuti kegiatan politik Ibu Megawati, termasuk ketika Peristiwa Kongres Sukolilo di Surabaya pada tahun 1993. Saat Peristiwa Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli (Kudatuli) 1996, dirinya juga menyaksikan langsung bagaimana rezim orba mengintervensi demokrasi, termasuk dengan aksi militerisme yang menyebabkan luka mendalam bagi keluarga besar PDI Perjuangan. Mbak Puan juga belajar politik baik teoritis maupun lapangan dari mendiang ayahnya, Alm. Taufiq Kiemas.
Dengan hal tersebut, maka tak khayal apabila Mbak Puan kemudian punya kemampuan berpolitik yang cakap. Ia adalah tokoh yang memegang teguh tata nilai dan norma di Partainya. Ia juga mampu untuk beradaptasi dengan berbagai dinamika politik nasional dan global. Dengan fleksibilitas yang dimiliki, akhirnya Mbak Puan juga bisa dibilang sebagai tokoh yang turut membawa PDI Perjuangan meraih hattrick pada Pemilu 2024 lalu.
Kini, ia menjadi tokoh politik perempuan yang benar-benar diperhitungkan baik di tingkat nasional maupun internasional. Ia adalah Ketua DPR RI perempuan pertama sejak Republik Indonesia berdiri. Kemudian, ia juga didapuk untuk menjadi duta dari Inter-Parliamentary Union (IPU) atau persatuan dari lembaga legislatif di dunia. Tugasnya adalah mempromosikan mengenai kepemimpinan perempuan di bidang legislatif.
Meskipun sudah mempunyai prestasi yang mentereng, Mbak Puan adalah orang yang terus membumi. Bersama kader-kader PDI Perjuangan, ia terus turun ke bawah menyapa masyarakat secara langsung. Bahkan bukan hanya generasi old saja, millennial dan Gen Z tak luput dari perhatian Mbak Puan. Hal ini tak lepas dari pesan kakeknya, Bung Karno, yaitu ‘Tempelkan telingamu ke bumi, agar engkau mengerti derap kaki rakyatmu, tetes keringat rakyatmu, tetes air mata duka rakyatmu’.
Tim Editor
Semaglutide pharmacy price https://rybelsus.tech/# buy rybelsus
buy rybelsus