Langkah Bung Karno dalam Membangun Kedaulatan Pangan Indonesia

2
Bung Karno
Foto: Presiden RI Pertama, Bung Karno (Berdiri - Ilustrasi)

Kota Semarang – Sebagai bangsa agraris, Bung karno sangat paham betul bagaimana mengelola potensi sumber daya alam untuk kedaulatan dan kemandirian bangsanya. Kebijkan politik pangan ini menjadi dasar penting dalam mewujukan Trsaikati yaitu mandiri dalam ekonomi.

Pada peletakan batu pertama pembangunan gedung Fakultas Pertanian Universitas Indonesia (sekarang IPB) pada 27 April 1952, Bung Karno menyampaikan pidato penting berjudul “Pangan Rakyat Soal Hidup atau Mati”.

Dalam pidato tersebut, beliau secara tegas menyatakan urgensi ketahanan pangan dan kebutuhan Indonesia untuk berhenti mengimpor beras.

Gagasan kedaulatan pangan Bung Karno tidak terlepas dari ajaran Marhaenisme, di mana kesejahteraan akan muncul jika dilakukan bersama-sama, tanpa pertentangan kelas.

Petani, kaum pekerja, rakyat miskin, dan intelektual bersinergi dalam semangat gotong royong demi mewujudkan keadilan dan kesejahteraan sosial bagi seluruh warga Indonesia.

Dalam pandangan Bung Karno, sektor pertanian merupakan bagian penting dari strategi pembangunan semesta berencana dan kaum petani (Marhaen) adalah tulang punggung kedaulatan pangan.

Beliau berupaya memuliakan kaum petani dan menjadikan pertanian sebagai prioritas dalam pembangunan. Ini juga mencakup gagasan untuk menerapkan reforma agraria sejati, di mana rakyat mendapatkan lahan untuk menunjang pertanian.

Di sektor industri nasional, pada tahun pada tahun 1959, di bawah pemerintahan Bung Karno, didirikanlah PT Pupuk Sriwidjaja (Pusri) dengan tujuan utama membangun pabrik pupuk di Palembang. Hal itu menunjukkan komitmen serius negara terhadap industri pupuk.

Bung Karno sendiri yang melakukan peletakan batu pertama pembangunan Pabrik Pusri I pada tanggal 14 Agustus 1961. Ini menandakan dimulainya era industri pupuk modern di Indonesia.

Kemudian Pabrik Pusri I mulai beroperasi dua tahun kemudian, dan diresmikan oleh Presiden Bung Karno pada tanggal 4 Juli 1964. Pabrik ini memiliki kapasitas terpasang sebesar 100.000 ton per tahun. Pupuk adalah instrument krusial untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan mencapai swasembada pangan.

Kemudian, Bung karno sadar betul bahwa keanekaragaman pangan di Indonesia sangat erat kaitannya dengan kebudayaan pengelolan pangan di setiap daerah.

Maka dari itu, beliau mencanangan proyek mengumpulkan seluruh resep makanan dari Sabang sampai Merauke, yang kemudian terwujud dalam buku ‘Mustikarasa’.

Buku ini bukan sekadar kumpulan resep, melainkan juga berisi keterangan nutrisi untuk memberikan pengetahuan kepada para ibu dalam mencukupi kebutuhan gizi keluarga.

Hal tersebut menunjukkan perhatian Bung Karno pada diversifikasi pangan yang tidak hanya bergantung pada beras serta menekankan pada pentingnya gizi seimbang.

Konteks Hari Ini

Menelaah gagasan Bung Karno soal pangan tidak hanya bisa bersandar pada gagasan semata, namun juga harus diadopsi dalam perkembangan zaman dan situasi global.

Dalam situasi hari ini, di tengah perang dagang, maka sudah saatnya Indonesia mengambil peluang emas dalam membangun industri pangan seperti;

  1. Swasembada sebagai prinsip utama. Hal ini dilakukan dengan memetakan sumber potensi pangan di setiap provinsi atau prioritas produksi domestik dengan memaksimalkan produksi biji-bijian (gandum, jagung, beras) di dalam negeri.
  2. Perlindungan lahan pertanian. Pemerintah menerapkan sistem perlindungan lahan pertanian yang sangat ketat untuk mencegah konversi lahan subur menjadi penggunaan lain (industri atau permukiman).
  3. Modernisasi pertanian, yaitu investasi besar-besaran dalam riset dan pengembangan teknologi pertanian (R&D), termasuk bioteknologi, varietas unggul (misalnya padi hibrida), dan teknik budidaya modern untuk meningkatkan produktivitas per unit lahan dan juga dorongan mekanisasi alat pertanian pra tanam, pasca panen yang murah masal dan mudah diakses oleh petani.  dan  
  4. Subsidi dan harga. Pemerintah memberikan berbagai subsidi kepada petani, termasuk subsidi langsung, subsidi benih, dan subsidi pembelian mesin pertanian. Selain itu, ada program harga pembelian minimum untuk komoditas strategis seperti beras dan gandum untuk menjamin pendapatan petani dan mendorong produksi.

Diharapkan dengan tata kelola yang baik dan berkelanjutan, gagasan besar Bung Karno bisa diimplementasikan dalam situasi aktual.

Penulis : Fuad Kurniawan

2 COMMENTS

Leave a Reply to Jennifer4492 Cancel reply

Please enter your comment!
Please enter your name here