Hadiri Merti Dusun, Agus ‘Disambati’ Masalah Pembangunan

0
Agus Gondrong
Foto: Agus Gondrong Hadir dalam Acara Merti Dusun di Batursari, Tleter, Kaloran, Temanggung (23/10/2024)

Kabupaten Temanggung – ‘Budaya suatu bangsa bersemayam di hati dan jiwa masyarakatnya’, begitulah seorang aktivis dan negarawan dari India, Mahatma Gandhi memandang relasi intens antara budaya dan kehidupan masyarakat.

Memaknai bahwa budaya menjadi salah satu aspek penting di kehidupan masyarakat membuat Calon Bupati Temanggung nomor urut 1, Agus Setyawan berkomitmen untuk ikut nguri-uri (melestarikan).

Salah satunya adalah ketika ia hadir langsung dalam acara ‘Merti Dusun’ di Dusun Batursari, Desa Tleter, Kecamatan Kaloran, Rabu (23/10/2024). Tak sendirian, Agus Setyawan dalam kesempatan itu didampingi oleh Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPRD Temanggung, Margo Susilo serta beberapa tokoh masyarakat dan tokoh agama.

Sejak turun dari mobil, mantan Kades Campuerjo itu disambut hangat oleh masyarakat. Terlihat, satu persatu warga disalami olehnya. Ia kemudian hanyut dalam bincang dan canda-tawa di dalamnya.

Tak berselang lama, prosesi sakral Merti Dusun pun dimulai. Para tetua desa memberi wejangan (petuah) berkaitan dengan makna rasa syukur. Mereka turut meminta masyarakat agar arif dan bijaksana dalam kehidupan sehari-hari, termasuk ketika mereka bekerja sebagai petani.

Kemudian, pemuka agama memimpin giat doa bersama, mengharap perlindungan dan keberkahan dari Tuhan Yang Maha Kuasa.

Tak cukup sampai di situ saja, masyarakat yang datang membawa tenong (wadah makanan tradisional) kemudian bersantap bersama-sama. Jelas momen itu menjadi wujud peningkatan bonding sekaligus merawat harmonisasi sosial yang telah terjalin.

Sebagai informasi, Merti Dusun sendiri merupakan tradisi masyarakat yang telah dilakukan secara turun-temurun. Tujuannya adalah sebagai ucapan rasa syukur warga kepada Tuhan Yang Maha Kuasa karena telah diberikan rezeki berupa hasil bumi.

Menika (ini) dilakukan di Batursari setiap tahun sekali di bulan ba’da mulud (penanggalan Jawa-Islam) di hari Rabu Pon. Ini tujuannya untuk mbekteni para leluhur desa sekaligus mbekteni karena sudah diberi hasil alam yang melimpah,” ungkap Kiryono, salah seorang warga Dusun Batursari.

Kehadiran Agus Setyawan di Batursari ini nampaknya juga mendapat sinyal positif dukungan masyarakat. Mereka merasa sangat cocok dengan kepribadian Agus yang begitu ramah dan mau berbaur.

Tumerap kulo (untuk saya), Pak Agus sangat cocok. Harapannya, saya dan masyarakat Batursari saget (bisa) rukun, sesarengan (bersama-sama) nyengkuyung (mendukung) Pak Agus untuk pilihan bupati,” lanjut Kiryono.

Tim Derap Juang juga mendapati fakta jika Batursari masih memiliki PR berupa penyediaan aksesibilitas yang mumpuni. Ditambah lagi tentu dengan pemerataan kesejahteraan warga.

“Ini adalah wilayah Temanggung yang di ujung timur, batas dengan Semarang. Hadirnya Pak Agus di sini harapannya nanti bisa jadi (bupati, red). Ke depan juga bisa membangun bersama-sama Dusun Batursari, bisa menyejahterakan masyarakat, dan khususnya bisa membangun mergi (jalan) yang saat ini belum bagus,” terang Aan Setiadi.

Menanggapi hal itu, Agus Setyawan atau yang terkenal dengan nama akrab Agus Gondrong menyampaikan jika daerah perbatasan sejatinya menjadi representasi wilayah. Dirinya yang berasal dari Camprejo, Tretep juga memiliki tantangan yang sama. Agar harapan itu bisa terwujud, ia menekankan kuncinya ada komunikasi yang terjalin intens sekaligus komitmen dari pemerintah dalam hal pembangunan.

“Intinya, panjenengan (semua masyarakat) dan kulo (saya) itu sama, mempunyai daerah di perbatasan. Di saya (Campurejo, Tretep), perbatasannya dengan Kabupaten Kendal dan Kabupaten Wonosobo. Akhir-akhir ini memang daerah perbatasan menjadi PR yang besar, karena memang sebetulnya daerah perbatasan menjadi wajah dari kabupaten,” tuturnya.

“Jika Gusti Allah SWT ngijabahi (mengabulkan) nanti jadi, ini tentu kita lebih perhatikan. Apalagi memang kemarin ketika saya kondangan di Pak Lurah Wonokerso (Semarang), saya sudah disentil. Juga disentil sama Pak Lurah Kebonagung (Semarang), sebenarnya agak sedikit malu. Saya tidak akan janji yang muluk-muluk (terlalu tinggi), tapi kita sesarengan (bersama-sama) untuk menembus rasa persaudaraan supaya bisa berembug,” pungkas Agus Gondrong

Koresponden : Enggar – Ica

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here