Kota Semarang – “Kita bergerak karena kesengsaraan kita, kita bergerak karena ingin hidup yang lebih layak dan sempurna. Kita bergerak tidak karena ‘ideal’ saja, (tapi) karena ingin perbaikan nasib (di segela bidang).”
Namun, perbaikan nasib “hanyalah bisa datang seratus persen, bilamana masyarakat sudah tidak ada kapitalisme dan imprealisme. Oleh karena itulah, pergerakan kita itu, yang ingin merubah sama sekali, sifat masyarakat, yang ingin sama sekali menggugurkan stelsel imprealisme dan kapitalisme. Pergerakan kita janganlah hanya ingin rendahnya pajak, tambahnya upah, janganlah hanya ingin perbaikan-perbaikan kecil yang bisa tercapai hari sekarang…”.
Perubahan yang begitu besar harus “dibarengi dengan gemuruhnya banjir pergerakan rakyat-jelata. Kita pun harus menggerakan rakyat-jelata di dalam suatu pergerakan radikal yang bergelombangangan sebagai banjir, menjelmakan pergerakan massa yang tadinya onbewust dan hanya bewust dan radikal, yakni massa-aksi yang insyaf akan jalan dan maksud-maksudnya.”
“Welnu, bagaimanakah kita bisa menjelmakan pergerakan yang bewust dan radikal? Dengan suatu Partai! Dengan suatu Partai yang mendidik rakyat-jelata ke dalam kebewestan dan keradikalan.” Partai yang demikian … bukan Partai borjuis, bukan Partai ningrat, bukan ‘Partai-Marhaen’ yang reformistis, bukan pun ‘Partai radikal’ yang hanya amukan-amukan saja, tapi Partai-Marhaen yang radikal yang tahu saat menjatuhkan pukulan-pukulannya.”
Artikel di atas diambil dari buku: Mencapai Indonesia Merdeka hal; 15-16