Bupati Afif Sebut FKUB Sangat Penting Merawat Keberagamaan

0
Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat

Kabupaten Wonosobo – Peran strategis Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) menjadi sangat penting, sebagai wadah dan tempat di mana perbedaan-perbedaan yang ada dipertemukan, dikomunikasikan, serta dipersatukan, tanpa harus saling meniadakan satu dengan yang lainnya.

Hal itu disampaikan Bupati Wonosobo, Afif Nurhidayat saat menghadiri sarasehan yang terdiri dari unsur FKUB kabupaten/kota, Kesbangpol, dan Kemenag se-eks Karesidenan Kedu, Kamis (11/11/2021).

Foto: Bupati Wonosobo Menghadiri Sarasehan FKUB se-esk Kedu

“Peran FKUB sangat penting, dewasa ini, kehidupan beragama mengalami dimanika, di mana persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia seringkali diuji dengan berbagai aktivitas serta isu yang berpotensi memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia yang silih berganti muncul,” ungkap Bupati.

Indonesia memiliki kekayaan luar biasa yang terkandung dalam nilai-nilai keagamaan, kearifan lokal, dan karya-karya kebudayaan. Hal ini merupakan potensi untuk membangun moderasi beragama dan meneguhkan negara sebagaimana semboyan Bhineka Tunggal Ika.

“Banyak contoh nilai-nilai agama dan kepercayaan yang secara inklusif telah berkembang menjadi way of life di masing-masing daerah. Misalnya, bahwa semua agama mengajarkan untuk saling menghormati dan memuliakan, tolong menolong dalam kebaikan, dan lain-lain,” imbuhnya.

Menurut Ketua DPC PDI Perjuangan ini, bahwa kearifan lokal yang berkembang sejak berabad-abad lalu, seperti saling berkunjung, saling memberi dan gotong royong merupakan kekayaan utama bangsa Indonesia. Sebab, kekuatan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia dapat terus terjalin dengan nilai-nilai luhur kearifan lokal tersebut.

Kaitanya dengan Kabupaten Wonosobo yang mengalami tiga gelombang peradaban Nusantara yaitu, Sejarah peradaban Dieng yang diawali Sang Hyang Jagadnata pada awal-awal masehi, melahirkan peradaban nusantara melalui wangsa Sanjaya dan Saelendra.

Lalu pada saat proses datangnya Islam di Wonosobo dengan berbagai kesulitannya pada abad 13-an. Selanjutnya pada saat perang gerilya perang Diponegoro yang kemudian dijadikan dasar penetapan Hari Jadi Wonosobo tanggal 24 Juli 1825.

Berdasarkan berbagai peradaban Wonosobo tersebut, ada beberapa best practice (praktek-praktek baik) kerukunan dan moderasi beragama antara lain adalah menjaga kedekatan manusia dengan Tuhan, kerukunan dan kasih sayang sesama manusia, dan harmoni dengan alam dan lingkungan.

Bahwa manusia dalam menghadapi berbagai masalah dan penyelesaiannya melalui ring social dengan berbagai tingkatannya mulai dari keluarga, tetangga, warga, masyarakat dan link social yang lebih besar lagi.

Koresponden: Hildan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here