
Kabupaten Temanggung – Sang Proklamator, Bung Karno sangat relevan jika disebut sebagai anak bangsa yang punya segudang prestasi. Tidak hanya di lingkup nasional, bahkan dunia pun mengakui jika Bung Karno ini punya gagasan yang visioner, mampu membuka cakrawala baru agar seluruh negara bisa saling bekerjasama dalam kesetaraan. Muaranya adalah mencapai ketertiban, di mana seluruh rakyat hidup dalam kedamaian dan keadilan.
Bung Karno tidak banyak gimmick, tapi berhasil menyumbangkan ide konstruktif. Mungkin kalimat itu sangat tepat untuk menggambarkan Sang Singa Podium. Pada 30 September 1960, Bung Karno berhasil mengguncangkan Sidang Majelis Umum PBB Ke-15 dengan pidatonya yang terkenal, yaitu To Build The World A New.
Di tahun-tahun tersebut, dunia sedang menghadapi sebuah situasi yang pelik, sebuah suasana di mana antar negara bisa saling bermusuhan karena perbedaan pandangan politik. Cold War atau Perang Dingin yang mempertemukan Blok Barat (Liberal) dengan Blok Timur (Sosialis) faktanya menyisakan sebuah luka cukup dalam.
Berbagai intrik politik dibuat untuk menghancurkan stabilitas ekonomi lawan, memporak-porandakan kehidupan sosial-masyarakat di negara orang. Negara-negara berebut hegemoni agar reputasinya diakui dunia, kemudian bisa mendikte di balik layar terhadap negara yang lainnya.
Bung Karno tidak tinggal diam terhadap bahaya Perang Dingin. Sebelumnya, pada 1955 di Bandung, Bung Karno sebagai kepala negara berhasil menggaet simpati internasional melalui Konferensi Asia-Afrika. Total 29 negara dari Asia dan Afrika sepakat untuk melawan kolonialisme dan imperialisme sekaligus membangun kedamaian hubungan antar bangsa.
Keberhasilan menggalang kekuatan di Asia-Afrika dalam menumpas kolonialisme dan imperialisme ini kemudian diikuti dengan kalimat luar biasa Bung Karno di hadapan Sidang Majelis Umum PBB 1960.
“Lenyapkanlah sebab-sebab peperangan, dan kita akan merasa damai. Lenyapkanlah sebab-sebab ketegangan dan kita akan merasa tenang. Jangan ditunda-tunda. Waktunya singkat. Bahayanya besar. Umat manusia di seluruh dunia berteriak minta perdamaian dan ketenangan, dan hal-hal itu adalah dalam kekuasaan kita. Jangan mencegahnya, karena nanti badan ini akan dicemarkan namanya dan ditinggalkan,” demikian kutipan pidato Bung Karno ketika ditranskrip ke Bahasa Indonesia.
Bung Karno seakan mampu untuk menghipnotis PBB bahwa ketika mereka terus berdiam diri, maka organisasi itu akan ditinggal seluruh anggotanya. PBB sendiri sebenarnya takut untuk memberikan sikap, karena di dalamnya ada negara superior seperti Amerika Serikat dan Uni Soviet yang jelas akan melakukan intervensi terhadap kebijakan-kebijakan internasional.
Sang Putra Fajar itu kemudian menjelaskan bahwa dunia hanya dikuasai oleh dua ideologi besar, liberal yang diilhami oleh Declaration of Independence dan Manifesto Komunis adalah paradigma yang salah. Bahkan, Bung Karno berani dengan terang-terangan mengoreksi pernyataan ahli filsafat Inggris, Bertrand Russell.
“Maafkan, Lord Russell, akan tetapi saya kira tuan melupakan sesuatu. Saya kira tuan melupakan adanya lebih daripada seribu juta rakyat Asia dan Afrika, dan mungkin pula rakyat-rakyat Amerika Latin, yang tidak menganut ajaran Manifesto Komunis maupun Declaration of Independence,” tuturnya.
Memang bagi Bung Karno, ideologi ini menjadi sebuah konsepsi dan cita-cita yang tidak bisa dipisahkan dari sejarah umat manusia. Tanpa ideologi, maka sebuah harapan akan lenyap dan bangsa itu berada dalam bahaya. Bung Karno mengenalkan Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia, ideologi yang memang lahir dari rahim Ibu Pertiwi serta mampu untuk menyatukan kekuatan liberal serta komunal.
“Sesuatu itu kami namakan Pancasila. Ya, Pancasila atau Lima Sendi negara kami. Lima Sendi itu tidaklah langsung berpangkal pada Manifesto Komunis ataupun Declaration of Independence. Memang, gagasan-gagasan dan cita-cita itu mungkin sudah ada sejak berabad-abad, telah terkandung dalam bangsa kami. Apakah Lima Sendi itu? Ia sangat sederhana: pertama; Ketuhanan Yang Maha Esa, kedua; Nasionalisme, ketiga; Internasionalisme, keempat; Demokrasi, kelima; Keadilan Sosial,” terangnya.
Sontak, pernyataan ini disambut riuh tepuk tangan seluruh delegasi dan pimpinan sidang. Mereka terpesona terhadap ide yang dibawa Bung Karno itu. Bahkan di era aktual, pidato Bung Karno yang berjudul To Build The World A New ini kemudian ditetapkan sebagai Memory of The Word (MoW) oleh UNESCO. Pada penegasannya, Bung Karno menginginkan seluruh negara-negara di dunia tidak boleh menutup mata terhadap dinamika internasional, mereka harus bersatu untuk berjuang menggapai kesejahteraan tanpa terkecuali.
“Bangunlah dunia ini kembali! Bangunlah dunia ini kokoh dan kuat dan sehat! Bangunlah suatu dunia di mana semua bangsa hidup dalam damai dan persaudaraan. Bangunlah dunia yang sesuai dengan impian dan cita-cita umat manusia,” pesan Bung Karno.
Penulis : Enggar Adi W
semaglutide https://rybelsus.tech/# Semaglutide pharmacy price
Buy semaglutide