Kabupaten Jepara – Volume sampah yang masuk ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Bandengan terus mengalami peningkatan, dengan rata-rata mencapai 152 ton per hari. Aktivitas masyarakat yang kian padat dinilai menjadi salah satu penyebab utama melonjaknya timbulan sampah. Hal ini menuntut pengelolaan sampah yang lebih efektif untuk menjaga kebersihan dan lingkungan di Kabupaten Jepara.
Drs. Junarso, Wakil Ketua DPRD Jepara, dalam diskusi dengan media pada Kamis (10/6/2025), menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi untuk mengatasi persoalan sampah. Salah satu solusi yang sedang dipersiapkan adalah pembangunan Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) berbasis Refuse Derived Fuel (RDF) dengan kapasitas 100 ton per hari. Proyek ini merupakan hibah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Seluruh persyaratan kelayakan, termasuk penyediaan lahan, telah dipenuhi oleh Pemerintah Daerah Jepara. Bahkan, rencana pembangunan TPST RDF ini telah masuk dalam program resmi Kementerian PUPR,” jelas Junarso.
Selain itu, Jepara juga telah membangun 14 unit Tempat Pengelolaan Sampah Reduce, Reuse, Recycle (TPS 3R) pada tahun 2023-2024. Sebanyak 13 unit dibiayai melalui APBN, sementara satu unit lainnya menggunakan dana APBD II, khusus di desa yang telah menerapkan Program Desa Mandiri Sampah (DMS).
Namun, dengan selisih sekitar 52 ton per hari antara timbulan sampah dan kapasitas TPST RDF, diperlukan solusi tambahan untuk mengurangi beban TPA Bandengan. Salah satunya adalah pengadaan mesin insinerator dengan sistem pengendalian emisi.
“Insinerator ini akan ditempatkan di lokasi strategis setelah melalui kajian teknis. Fungsinya untuk mengurangi sampah residu yang tidak bisa diolah di TPS 3R, mendukung operasional TPST RDF, serta meningkatkan efisiensi pengelolaan sampah,” ujar Junarso.
Meski demikian, Junarso menegaskan bahwa teknologi hanyalah alat bantu. Kunci utama keberhasilan pengelolaan sampah terletak pada kesadaran masyarakat untuk memilah sampah sejak dari rumah.
“Insinerator hanya untuk mengolah sampah residu seperti plastik, popok, limbah B3, dan sampah medis. Jika sampah organik masih tercampur, proses pembakaran justru bisa merusak lingkungan. Karena itu, sosialisasi dan edukasi masyarakat sangat penting,” tegasnya.
Dengan kombinasi teknologi dan partisipasi aktif warga, Junarso optimis Jepara dapat mengatasi tantangan pengelolaan sampah secara berkelanjutan.
I wasn’t sure what to expect at first, but this turned out to be surprisingly useful. Thanks for taking the time to put this together.
Your passion for the topic really shines through.
I love how clearly you explained everything. Thanks for this.
This gave me a whole new perspective. Thanks for opening my eyes.
Such a simple yet powerful message. Thanks for this.
I appreciate the honesty and openness in your writing.
Your audience, your profits—become an affiliate today! https://shorturl.fm/8jcgs
I wish I had read this sooner!
You’ve built a lot of trust through your consistency.