Kabupaten Pemalang – DPC PDI Perjuangan Kabupaten Pemalang memperingati Peristiwa Kudatuli dengan mengikuti Rapat DPP Partai ke-103 sekaligus Peringatan 27 Juli yang ke-25 yang diselenggarakan secara daring, Selasa (27/7/2021).
Bertempat di Aula Kantor DPC PDI Perjuangan Kabupaten Pemalang, kegiatan ini dihadiri Ketua DPC Partai, H. Junaedi, beberapa Fungsionaris DPC Partai, dan Staf Sekretariat DPC Partai. Adapun Fungsionaris DPC Partai yang lain, mengikuti dari rumah masing-masing secara daring.

Acara tersebut, dibuka dan dipandu oleh Sekjen DPP PDI Perjuangan, Hasto Kristiyanto serta Ibu Ketua Umum Hj. Megawati Soekarnoputri yang mengikuti secara daring dari Teuku Umar.
Dalam sambutannya, Sekjen Hasto Kristiyanto menyampaikan sejarah berdirinya PDI Perjuangan yang lahir pada 10 Januari 1973. Sejarah perkembangan ini, tidak lepas dari Peristiwa 27 Juli 1996, atau biasa disebut sebagai Peristiwa Kudatuli atau Peristiwa Sabtu Kelabu, yaitu peristiwa pengambilalihan secara paksa kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) di Jalan Diponegoro 58 Jakarta Pusat.
“Dengan memperingati peristiwa 27 Juli ini, mengingatkan bahwa sejatinya kekuatan Partai adalah dari rakyat itu sendiri,” jelasnya.

Hasto juga menyampaikan pesan Ibu Ketua Umum HJ. Megawati Soekarnoputri, yang mana untuk mengkhidmati dan merenungkan tragedi 27 Juli, guna menumbuhkan spirit perjuangan membawa kemajuan Indonesia Raya seperti yang dilakukan oleh Bung Karno dapat dilanjutkan.
Sementara H. Junaedi setelah mengikuti acara tersebut, menceritakan kilas balik kejadian saat itu. Bahwa Peristiwa Kudatuli menyisakan misteri sekaligus membentuk Ibu Megawati Soekarnoputri menjadi pribadi yang tangguh.
“Hari itu, kantor DPP Partai Demokrasi Indonesia (PDI) diambil alih secara paksa lewat pertumpahan darah. Suasana di Jalan Diponegoro, Jakarta, begitu mencekam. Peristiwa ini bahkan disebut sebagai salah satu peristiwa terkelam dalam sejarah demokrasi, terutama terkait dualisme Partai politik di Indonesia,” bebernya.
Lebih lanjut, Junaedi menjelaskan, bahwa bergabungnya Ibu Megawati ke PDI tahun 1987, membuat resah pemerintah Orde Baru. Sehingga pemerintahan saat itu, membuat dualisme PDI yang kemudian berujung tragedi pada Partai, pun juga keluarga Soekarno menjadi korban.
“Peristiwa Kudatuli telah membuat Ibu Ketua Umum Hj. Megawati menjadi pribadi yang tangguh karena ditempa dengan peristiwa yang sangat hebat,” jelasnya.
Junaedi mengingatkan kepada kader Partai, untuk mengenang peristiwa 27 Juli 1996 agar menjadi pembelajaran seluruh kader PDI Perjuangan. Beliau-beliau yang saat itu berkorban dengan taruhan nyawa demi mempertahankan Ideologi Soekarno patut menjadi suri tauladan bagi para kader.
“Semoga arwah pejuang-pejuang Partai yang mempertahankan ideologi dan ajaran Bung Karno ditempatkan yang lapang di sisi-Nya, dan kita yang mewarisi api perjuangannya tetap semangat untuk ikut serta membangun bangsa” Pungkasnya.
Koresponden : Agus Siswanto