Kabupaten Temanggung – Pendidikan merupakan komponen penting dalam kehidupan, di mana di dalamnya terjadi proses kegiatan akademik, bimbingan, dan arahan terhadap skil kemampuan. Tidak sampai di situ saja, pendidikan juga merupakan sebuah upaya untuk membangun karakter.
Hal ini jelas menjadi sebuah urgensi di tengah realitas globalisasi dan westernisasi. Melalui pendidikan, seseorang juga dapat meng-upgrade diri. Sehingga mempunyai jiwa Nasionalisme dan Patriotisme yang kemudian akan beresultansi terhadap kemajuan Bangsa dan negara ke depannya.
Mengingat pentingnya pendidikan dan implikasinya dalam setiap sendi kehidupan, seorang Calon Kader Komunitas Juang Kab. Temanggung bernama Fais Maulana akhirnya berpartsipasi kepada masyarakat dengan menjadi pengajar. Bukan menjadi guru yang terikat dalam satuan instansi pendidikan formal, sosok Fais ini mengaktualisasikannya dengan menjadi aktivis sosial pendidikan.
Yang dididik bukan hanya pemuda saja, melainkan juga anak-anak desa yang saat ini mengalami tantangan dalam menghadapi pelajaran daring. Secara Sosiologis, pendidikan adalah langkah untuk meningkatkan status dan peranan seseorang dalam kehidupan sosial.
Pandemi Covid-19 telah merubah sistem pendidikan. Proses pembelajaran yang tadinya bertatap muka berubah menjadi virtual. Jelas hal ini akan menimbulkan problematika jikalau tidak terkelola dengan baik. Oleh karenanya, sosok Fais memulai langkah strategis dengan memberikan pengetahuan kepada peserta didik, khususnya anak-anak di desanya. Hal ini diaktualisasikan sebagai bentuk pengabdiannya kepada masyarakat.
Ditemui di kediamannya yang beralamat di Kec. Tretep, sosok Fais menuturkan, bahwa pengabdiannya ini dilakukan dalam rangka merefleksikan lingkungan akademik. Seperti halnya praktik pembelajaran di sekolah.
“Pendidikan adalah penting dan mesti mendapatkan perhatian yang optimal. Dampak Pandemi ini telah memberikan adaptasi baru di mana pembelajarannya harus melalui platform digital. Oleh karena itu, saya memutuskan untuk mengabdi kepada masyarakat dengan menjadi aktivis pendidikan di desa. Hal ini saya lakukan supaya budaya akademik serta intensifikasi pembelajaran tetap dapat dirasakan oleh anak-anak yang berada di desa ini,” tutur Fais.
Di sisi lain, hal ini juga dilakukan karena adanya kenangan pahit sosok Fais di masa lalu. Ketika menempuh bangku sekolah menengah pertama, dirinya tidak bisa merasakan nikmatnya bimbingan belajar. Saat itu, akses terhadap ilmu dan pengetahuan juga terbatas.
Sehingga dengan berbagai pengalaman dan pengetahuan yang didapatkan, baik di lingkup pendidikan formal maupun dari realitas kehidupan sosial masyarakat inilah, akhirnya ia tularkan kepada Tunas Bangsa dengan harapan terdapat progresivitas pendidikan yang tercipta ke depannnya.
“Menjadi seorang guru merupakan cita-cita saya sejak kecil. Bagi saya, guru adalah sosok yang tulus mendedikasikan diri terhadap generasi penerus bangsa yang nantinya akan memegang estafet kepemimpinan negeri. Tempaan keadaan juga pernah membuat saya kehilangan semangat belajar. Oleh karena itu, saya tidak ingin kejadian sama terulang kembali. Saya ingin memberikan yang terbaik kepada masyarakat, salah satunya dengan mengabdikan diri melalui dunia pendidikan”, pungkas Fais.
Koresponden : Enggar