Berdasarkan data terbaru dari Dinas Koperasi dan UKM Jawa Tengah, UMKM di provinsi ini menjadi motor penggerak ekonomi regional dengan kontribusi lebih dari 60% terhadap PDRB dan menyerap jutaan tenaga kerja. Namun, baru sekitar 15% UMKM Jawa Tengah yang berhasil menembus pasar ekspor, membuka peluang besar untuk pengembangan daya saing global.

Salah satu kendala utama adalah akses modal, yang kini mulai teratasi dengan program Kredit Usaha Rakyat (KUR). Pada kuartal pertama 2025, penyaluran KUR di Jawa Tengah mencapai Rp20 triliun, dengan 50% di antaranya untuk plafon di bawah Rp100 juta yang bebas agunan. Kebijakan ini memberikan kemudahan bagi pelaku UMKM mikro untuk mendapatkan modal usaha tanpa harus menyediakan jaminan, sehingga mereka dapat meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas pasar.
Selain permodalan, peningkatan kualitas produk menjadi kunci utama agar UMKM dapat bersaing di pasar ekspor. Survei Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menunjukkan UMKM yang mengimplementasikan standar internasional dan rutin berinovasi memiliki peluang tiga kali lebih besar untuk berhasil ekspor. Kreativitas desain dan peningkatan mutu menjadi fokus utama agar produk fashion lokal diminati pasar global.

Konsistensi mutu produk juga sangat penting. Data Kementerian Perdagangan menyebutkan bahwa kegagalan ekspor sering kali disebabkan oleh inkonsistensi kualitas dan keterlambatan pengiriman. Oleh karena itu, UMKM harus membangun sistem kontrol kualitas yang ketat dan manajemen rantai pasok yang baik untuk menjaga kepercayaan pembeli internasional.
Pemanfaatan teknologi digital juga menjadi strategi penting dalam memperluas jangkauan pasar. Statistik Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) mengungkapkan bahwa 73% UMKM sudah aktif menggunakan platform digital untuk pemasaran dan transaksi. Marketplace internasional dan media sosial menjadi kanal efektif untuk menjangkau konsumen global dengan biaya efisien dan proses cepat.
Salah satu contoh sukses adalah De’Youl Batik, sebuah UMKM yang telah berpengalaman dalam dunia fashion, khususnya batik dengan warna tegas hitam dan putih. Dibentuk oleh pasangan Ninuk Juhartini dan Bapak Julihardjanto sejak tahun 2000, De’Youl Batik telah dikenal di berbagai even peragaan busana baik di dalam maupun luar negeri, termasuk Belanda, Prancis, dan Jepang. Produk unggulan mereka, seperti Batik Set Produk 002, telah menembus pasar internasional, membuktikan bahwa kualitas dan keunikan produk lokal mampu bersaing di pasar global.
Dalam kesempatan bincang dengan interview TVRI Nasional, Samuel JD Wattimena Anggota Komisi VII DPR-RI, menyatakan “KUR tanpa agunan untuk plafon di bawah Rp100 juta adalah solusi tepat untuk memperkuat modal UMKM mikro. Namun, modal harus diikuti dengan peningkatan kualitas produk dan inovasi agar produk fashion lokal dapat bersaing di pasar ekspor. Konsistensi mutu dan pemanfaatan teknologi digital juga menjadi kunci keberhasilan UMKM menjangkau pasar global. Pemerintah dan DPR berkomitmen mendukung kebijakan yang menguatkan UMKM sebagai pilar utama ekspor nasional.”
Dengan langkah-langkah konkret ini, UMKM Jawa Tengah diharapkan semakin siap dan mampu memperluas pangsa pasar ekspor, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen fashion berkualitas di dunia.
Tim Editor