Kota Semarang – Bupati Purbalingga, Dyah Hayuning Pratiwi merupakan salah satu perempuan yang mampu membuktikan diri punya kualitas unggul dalam memimpin. Lahir di 11 April 1987 membuat sosok yang akrab disapa Bu Tiwi ini terbilang sangat muda untuk memimpin sebuah kabupaten yang berjuluk ‘Kota Perwira’.
Walaupun masih muda, Bu Tiwi memang sangat pantas untuk menjadi sosok pemimpin. Ia tumbuh dan berkembang di lingkungan PDI Perjuangan. Dari hal inilah kemudian membuatnya sangat paham bahwa tugas pertama dan yang paling utama untuk dilaksanakan ialah memperkuat tenaga Kaum Marhaen atau wong cilik.
Pada Januari 2023 lalu, hal ini dibuktikan dengan pencanangan zero kemiskinan di Kabupaten Purbalingga. Targer nol persen itu ditegaskan oleh Bu Tiwi harus selesai pada 2024. Ia meminta jajarannya untuk melakukan verifikasi dan validasi data kemiskinan hingga menjalin kerjasama dengan pemerintah desa.
Setelah 37 ribu KK terdata by name, by address, Bu Tiwi kemudian meminta OPD untuk mengambil langkah konkret. Tidak hanya dengan memberikan bantuan saja, tapi kemudian bagaimana mengajarkan masyarakat untuk berdaya dan mampu untuk berdikari dalam bidang ekonomi sebagaimana amanah Bung Karno dalam Trisaktinya.
Hal yang dilakukan oleh Bu Tiwi ini membuahkan hasil yang cukup membanggakan. Saat ini, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Kabupaten Purbalingga mencapai 70,19 berdasarkan data yang di-release oleh BPS. Angka tersebut mengalami kenaikan ketika dikomparasikan di tahun 2020 IPM di Purbalingga hanya sebesar 68,97.
Ketika menjabat sebagai Bupati Purbalingga, Bu Tiwi ini mampu untuk menorehkan beragam prestasi yang membanggakan. Capaian itu bisa dibaca lengkap melalui link berikut:
Keberhasilan Bu Tiwi dalam memajukan pembangunan dan pemberdayaan di Purbalingga ini tentunya patut untuk diapresiasi. Sosoknya seakan menjadi contoh, bahwa perempuan dan anak muda sebenarnya mampu untuk memberikan sumbangsih perubahan positif untuk lingkungan sekitar.
Kini, Bu Tiwi berada dalam akhir masa jabatan menjadi Bupati di Purbalingga. Tapi karena kinerjanya yang sangat baik, banyak pihak yang mengharapkan Bu Tiwi untuk maju kembali pada perhelatan Pilkada 2024. Dukungan moril dan politik dari masyarakat ini akhirnya memantapkan langkah Bu Tiwi untuk kembali bertarung memperebutkan kursi kepala daerah.
Bagi Bu Tiwi sendiri, kekuasaan politik tidak boleh jatuh kepada orang yang salah, karena dapat menyebabkan berbagai polemik yang merugikan masyarakat. Dengan ide dan prinsip yang ia pelajari di PDI Perjuangan serta terlibatnya masyarakat dalam proses politik yang dilakukan, Bu Tiwi memandang bahwa kekuasaan politik merupakan sarana untuk memaksimalkan pengabdian.
Tim Editor