Kota Semarang – Berbagai upaya terus dilakukan oleh Wali Kota Semarang, Hendrar Prihadi, yang akrab disapa Mas Hendi dalam menurunkan angka stunting di Semarang. Salah satu wujud komitmennya adalah dengan meluncurkan program semua ikut bergerak bersama menangani stunting (SI BENING), di Balai Kelurahan Salaman Mloyo, Kecamatan Semarang Barat. Peluncuran program tersebut dilakukan dalam rangkaian peringatan Hari Keluarga Nasional (Harganas) tingkat Kota Semarang, Selasa (12/7/2022).
Mas Hendi optimis, SI BENING akan efektif menekan angka stunting di Kota Semarang. Mas Hendi menjelaskan, konsep SI BENING ini pada dasarnya adalah gotong royong, sama seperti saat Pemkot Semarang meluncurkan SICENTIK yang pada dasarnya penerapan bergerak bersama dalam pemberantasan DBD.
“Alhamdulillah, angka DBD di Kota Semarang terbukti bisa ditekan. Insya Allah jika semua bergerak bersama persoalan di Kota Semarang dapat diselesaikan dengan cepat, termasuk stunting,” terangnya.

SI BENING adalah salah satu bukti keseriusan Pemkot Semarang dalam mengatasi masalah stunting. Sebelumnya, Pemkot Semarang juga telah membentuk Dapur Sehat Atasi Stunting (DASHAT) di 16 kecamatan yang merupakan program penanganan stunting, berupa pemberian makanan tambahan, penempatan petugas surveilans kesehatan (Gasurkes) di setiap kelurahan, serta pemantauan ibu hamil. Berbeda dengan DASHAT yang menggunakan anggaran dari pemerintah, SI BENING lebih bersifat swadaya melibatkan masyarakat.
Dari catatan yang ada, terdapat dua versi terkait angka stunting di Kota Semarang. Versi pertama yaitu, menurut operasi timbang, angka stunting di Kota Semarang adalah 3,10% atau 1.367 dari 44.058 anak. Versi kedua adalah menurut hasil survei SSGI yaitu 21,3% atau 65 dari 306 anak. Mas Hendi menargetkan angka tersebut dapat turun menjadi 14% di tahun 2024, sesuai dengan target nasional yang disampaikan Presiden Joko Widodo.
“Tetapi jika ternyata SI BENING masih kurang mencapai target, maka akan kita lakukan inovasi-inovasi lainnya. Jadi, kita lihat dulu sesuai situasi dan kondisi,” imbuh Mas Hendi, yang juga Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Semarang.
Sementara itu, Ketua Forum Kota Sehat Kota Semarang, Krisseptiana Hendrar Prihadi berharap, bantuan yang telah diberikan Pemkot Semarang bisa diteruskan oleh stakeholder yang lain dalam rangka bersama-sama mengatasi persoalan stunting di Kota Semarang.
Pemerintah Kota Semarang melalui DKK telah memberikan bantuan kepada anak-anak stunting dengan memberikan makan 3x sehari selama 2 bulan. Namun hal tersebut tidak mungkin akan berlanjut terus, mengingat biaya yang dibutuhkan sangat besar. Pihaknya juga berharap, pemberian bantuan ini akan diteruskan oleh lurah, maupun Muspida-muspida sebagai orangtua asuh.
“Tinggal bagaimana empati dan kepedulian kita. Sederhananya, kalau kita melihat di lingkungan kita ada anak yang kurus dan terlihat kurang tumbuh kembangnya, mari kita bantu agar menjadi sehat. Intinya, kita harus bergerak bersama,” tegas Tia, sapaan akrabnya.
Tia juga menjelaskan, selain mengupayakan penurunan angka stunting, Pemkot Semarang melalui dinas terkait lainnya seperti Disdalduk dan KUA juga melakukan tindakan preventif dengan cara mendampingi, serta mengedukasi Catin (calon pengantin), maupun ibu hamil mengenai stunting. Harapannya, hal ini dapat memutus mata rantai stunting di Kota Semarang.
Koresponden : WP – Didik