Tatiek: Melalui Tradisi Apitan Desa, Mari Kita Rawat dan Jaga Kebudayaan Luhur

0
Foto: Pagelaran Kesenian Wayangan di Desa Kuwu, Demak

Kabupaten Demak – Menjadi sebuah hari yang ter-amat istimewa, karena bertepatan dengan perayaan Hari Lahirnya Pancasila, Ketua Komisi C DPRD Demak, Tatiek Soelistijani berkesempatan untuk singgah dan guyub bersama warga masyarakat Desa Kuwu, Kec. Dempet.

Rabu (01/06/2022), bertempat di kediaman Kades Kuwu, Suhadi, kegiatan tersebut turut dihadiri langsung oleh jajaran perangkat desa, BPD, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga tokoh pemuda setempat.

Foto: Tatiek Soelistijani (kerudung kuning depan) bersama Kades dan warga masyarakat Desa Kuwu, Kec. Dempet

Melalui geliat penuh antusiasme masyarakat, politisi senior PDI Perjuangan itu mengatakan, apabila maksud dan tujuannya hadir di tengah-tengah masyarakat adalah sebagai satu ikhtiar untuk terus merawat budaya luhur masyarakat setempat, yaitu Tradisi Apitan Desa.

“Jadi kita bersama beberapa rekan-rekan struktural PAC rawuh di kediaman Pak Lurah untuk memakmurkan tradisi luhur warga masyarakat setempat, yaitu Tradisi Apitan Desa,” jelasnya ketika dihubungi Koresponden.

Tatiek, sapaan akrabnya itu menambahkan, apabila tradisi tersebut dilakukan sebagai perayaan setiap tahunnya sebagai wujud syukur sekaligus memanjatkan harapan masyarakat desa supaya dijauhi dari pagebluk dan panen melimpah.

“Tradisi ini sebagai wujud syukur sekaligus harapan ke depan masyarakat desa supaya jauh dari pagebluk dan panen melimpah. Acara tiap desa macam-macam dan berbeda-beda, tetapi di Desa Kuwu ini menjadi menarik karena menyatukan dengan tradisi warisan leluhur, yaitu Nguri-uri Budaya Jawa dengan Wayangan,” sambungnya.

Di akhir kegiatan Tatiek juga berpesan kepada seluruh masyarakat yang hadir, terutama generasi muda agar selalu mengenal setidaknya kebudayaan luhur yang ada di lingkugan sekitar. Ini penting, karena hal itu yang akan menjadi modal dan pondasi utama di dalam membangun kecintaan kepada Bangsa dan Negara.

“Sehingga warga, terutama generasi muda tidak asing dengan budaya tradisional tersebut. Nguri-uri budaya bukan sebagai simbol kiasan semata. Namun ini adalah sebagai penyambung semangat perjuangan untuk menggerus masuknya kebudayaan asing yang kian masif,” pesannya.

Koresponden : Hana – Rahmad

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here