Kabupaten Grobogan – Bupati Grobogan, Sri Sumarni menginginkan zero kasus stunting di Kab. Grobogan pada tahun 2026 mendatang atau akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Hal tersebut diungkapkannya pada saat mengukuhkan Tim Percepatan Penurunan Stunting.
“RPJMD mentargetkan 2024 angka stunting 14%, dan pada 2021 sudah mencapai 9,6%. Maka saya juga sependapat dengan Wabup, mestinya Grobogan harus berani menjadi kabupaten dengan zero stunting pada 2024 atau akhir RPJMD 2026,” jelas Sri Sumarni.
Menurut Bupati, berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas), pada 2018 Kab. Grobogan memang memiliki angka stunting 39,2%, atau urutan tertinggi kedua se-Jawa Tengah. Kemudin dari data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) dan Riskesdas pada 2020 angka stunting menjadi 29,13%, atau urutan ke 11.
“Alhamdulillah, berdasarkan SSGI 2021, kita di Kab. Grobogan menjadi daerah terendah se-Jawa Tengah, yaitu 9,6%,” kata Politisi PDI Perjuangan itu.
Sementara itu Wakil Bupati Grobogan, Bambang Pujiyanto selaku Ketua TPPS Grobogan menjelaskan, meskipun capaian angka stunting 9,6%, semua tidak boleh terlena.
“Mempertahankan capaian itu lebih berat. Untuk itu RPJMD 2021-2026 kita tetapkan program unggulan dalam mendukung misi 1 RPJMD, yaitu Gerakan Cegah Stunting atau yang kita sebut dengan Geceg Stunting,” kata Wabup.
Gerakan ini lanjutnya, akan mendorong semua pemangku kepentingan, baik pemerintah, akademisi, dunia usaha, organisasi/lembaga, masyarakat, dan media untuk peduli terhadap stunting. Target dari indikator stunting mulai 2024 pun sebesar 14%, dan pada 2021 ini prevalensi stunting Grobogan sudah kurang dari 10%.
“Tentunya dengan capaian ini, kita harus berani mendeklarasikan Grobogan sebagai Kabupaten Zero Stunting pada 2026 atau akhir RPJMD nantinya,” pungkas Bambang yang juga kader PDI Perjuangan itu.
Koresponden : Nanang – Faisal