Special Report; Menilik Kiprah Bambang Pacul, dari Kepartaian Hingga Jiwa Filantropi

2
Bambang Pacul
Foto: Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Ir. Bambang Wuryanto, M.B.A alias Bambang Pacul (Ilustrasi)

Kota Semarang – Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng, Ir. Bambang Wuryanto, M.B.A merupakan politisi senior yang memiliki karir dan prestasi mentereng di kancah nasional. Pria yang akrab disapa Bambang Pacul itu, bahkan kini dimanahi menjadi Wakil Ketua MPR RI Periode 2024-2029, setelah sebelumnya menjabat sebagai Ketua Komisi III DPR RI dan Sekretaris Fraksi PDI Perjuangan.

Bambang Pacul lahir di Sukoharjo pada 17 Juli 1956, tepat 69 tahun yang lalu. Bangku sekolah dasarnya dianyam di SDN Makam Haji, Kartasura.

Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di SMPN IX Surakarta dan SMAN 1 Surakarta. Kurun waktu tersebut, SMAN 1 Surakarta menjadi sekolah favorit dan unggulan, yang bisa menjadi murid jika bukan ‘orang kaya’ dipastikan murid ‘cerdas’.

Sukses menamatkan pendidikan sekolah menenang, Bambang Pacul kemudian melanjutkan pendidikannya di Teknik Kimia Universitas Gadjah Mada. Jurusan ini dikenal sangat sulit untuk ditembus, apalagi almamaternya ‘UGM’.

Pasca mendapat gelar (Ir.) dari Teknik Kimia UGM, ia tidak berhenti untuk terus melanjutkan pendidikannya. Ia mengambil kuliah dan memperoleh gelar (M.B.A) dari Universitas Prasetya Mulya pada tahun 1993.

Meskipun haus akan ilmu pengetahuan dan dunia akademik, Bambang Pacul pada waktu itu dikenal sebagai mahasiswa yang aktif di dunia pergerakan. Tercatat, ia pernah menjadi Ketua Komisariat GMNI Fakultas Teknik UGM pada 1981.

Sebelum memasuki karir politik praktis, Bambang Pacul pernah meniti pekerjaan sebagai Staff Pengajar di AMP STIE YKPN Yogyakarta. Bahkan, ia tercatat menjadi direktur di beberapa Lembaga, yakni;

  1. Indonesia Marketing Association, Yogyakarta (1996)
  2. PT. Sarana Yasa Manunggal (1998)
  3. LPPM (Lembaga Penelitian & Pengabdian Masyarakat) Prismagama (1998)

Karir politiknya dimulai pada tahun 2000. Bambang Pacul mengikuti Badiklatpus DPP PDI Perjuangan dari 2000-2004. Dari sinilah, kompetensi dan kapabilitasnya di bidang politik tumbuh pesat. Ia kemudian dipercaya menjadi Staff Ahli Fraksi PDI Perjuangan di MPR RI.

Mendapatkan pengalaman berharga di dunia politik membuat semangat pengabdiannya semakin menyala, apalagi ketika menjadi mahasiswa ia sudah sering membaca buku-buku Sang Proklamator, Bung Karno.

Bambang Pacul memiliki pandangan bahwa politik menjadi sarana untuk menebar manfaat untuk masyarakat, sebagaimana ide Bung Karno untuk terus menambah tenaga Kaum Marhaen (wong cilik).

Jabatan politik pertamanya diperoleh setelah ia menang dalam Pileg 2004 dengan memperoleh 49.337 dari Dapil IV Jateng (Sragen, Karanganyar, Wonogiri). Di tahun 2009 dari Dapil yang sama, ia mampu memperoleh 117.035 dukungan. Kemudian, karir itu berlanjut dengan perolehan sebagai berikut;

  1. Pileg 2014 (128.116 suara)
  2. Pileg 2019 (188.619 suara)
  3. Pileg 2024 (118.384 suara)

Di internal Partai, nama Bambang Pacul dikenal sebagai ‘juru racik’ strategi politik. Berbekal pengalaman panjang, ia dipercaya menjadi Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Bidang Legislatif DPP PDI Perjuangan.

Di tingkat regional, Bambang Pacul menjabat sebagai Ketua DPD PDI Perjuangan Jateng. Ia adalah tokoh kunci yang akhirnya membuat Jateng dikenal sebagai basis politik PDI Perjuangan atau ‘Kandang Banteng’.

Karirnya tidak monoton dengan elektoral semata, Bambang Pacul dapat dikatagorikan sebagai seseorang yang memiliki jiwa filantropi. Saat ini, dirinya sangat aktif untuk memberikan edukasi kepada anak muda, bagaimana menata karir dan menyiapkan diri untuk menghadapi era yang semakin kompetitif.

Melalui istilah yang digaungkannya; ‘Korea-korea melentinglah’, Bambang Pacul menjadi primadona baru bagi anak muda. Ia dipandang sebagai tokoh yang bloko sutho atau apa adanya. Dari pengalaman yang dilaluinya, Bambang Pacul mengajak anak muda untuk memiliki mentaliteit seperti rotan, yang melengkung kemudian melenting, bukan seperti kayu yang mudah patah.

Jiwanya untuk meninggalkan legacy dan menebar manfaat terus meluas. Bersama salah satu pelatih dan pengamat sepakbola ternama, ia membangun ‘Korea-Korea Selecao’ (KKS). Ini menjadi wadah untuk menjaring, melatih, dan membina talenta muda Jateng di cabang olahraga sepakbola.

Kini, di usianya yang ke-69 tahun, tentu harapan dan doa kami langitkan untuk Sang Komandan Korea untuk senantiasa dalam lindungan-Nya, selalu dalam keadaan sehat jiwa dan raga, dipermudah segala urusannya, sekaligus tetap menginspirasi dan menabar manfaat untuk sesama.

Tim Editor

2 COMMENTS

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here