Samuel Wattimena: Minim Data Jadi Masalah Marketing UMKM

0
Samuel Wattimena
Foto: Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Samuel JD Wattimena dalam kunjungannya di Gereja Baptis Indonesia Tlogosari Pedurungan Semarang pada Sabtu (14/6/2025)

Kota Semarang – Anggota Komisi VII DPR RI Fraksi PDI Perjuangan, Samuel Wattimena, menekankan pentingnya data dalam strategi pengembangan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). Hal tersebut ia sampaikan saat memberikan pembinaan kepada para pelaku UMKM gereja di Gereja Baptis Indonesia, Tlogosari, Semarang, pada Sabtu (14/6).

Samuel menyampaikan bahwa sejak dirinya menjabat sebagai Staf Khusus Menteri Koperasi dan UMKM, persoalan utama yang kerap ia temui dalam dunia UMKM adalah masalah pemasaran.

Namun, akar persoalan tersebut, menurutnya, justru terletak pada minimnya pemanfaatan data.

“Kalau kita bicara pemasaran, dasarnya saja mereka belum kuasai. Data populasi sekitar lokasi usaha saja tidak dimiliki. Apakah produksi mereka mampu memenuhi kebutuhan di area tersebut? Itu pun belum bisa dijawab,” ujarnya.

Ia menegaskan bahwa rencana pengembangan pasar harus diawali dengan pemahaman yang kuat terhadap kondisi target konsumen, baik dari segi jumlah, daya beli, maupun kebutuhan spesifik mereka.

“Semua ingin pasarnya tumbuh, tapi mereka sendiri tidak tahu siapa yang akan disasar. Apakah sudah memahami karakter masyarakat sekitar? Apakah tahu kapasitas pasar dan kebutuhan konsumen? Ini semua kembali ke data,” tambahnya.

Tak hanya itu, Samuel juga menyoroti kelemahan lain dalam pengelolaan UMKM, seperti kurangnya keunikan produk, kejelasan informasi pada label, serta lemahnya kontrol kualitas.

Menurutnya, produk yang memiliki keunggulan harus disertai dengan keterangan jelas yang membuktikan nilai tambahnya. Ia mencontohkan pernyataan umum seperti ‘produk sehat’ atau ‘produk berkualitas’ yang sering kali tidak didukung dengan data atau bukti konkret.

“Banyak yang klaim produknya sehat, tapi tidak ada penjelasan atau informasi nilai gizi. Keunggulan seperti ini justru sering luput disampaikan ke konsumen,” ucapnya.

Legislator dari Daerah Pemilihan Jawa Tengah I ini juga menekankan pentingnya quality control agar kualitas produk tetap terjaga dan tidak mengecewakan pelanggan.

Salah satu peserta kegiatan, Triana Andaryati, pemilik usaha Gemma Kitchen, mengaku mendapat banyak wawasan baru dari pembinaan tersebut. Ia memproduksi camilan bernama Semprong Bekatul, yang berbahan dasar bekatul, sering disalahartikan sebagai pakan ternak.

“Selama ini saya belum mencantumkan informasi bahwa bahan bekatul ini berasal dari hasil selepan ketiga yang lebih halus, bukan bekatul kasar untuk pakan ayam. Informasi seperti ini akan saya perbaiki ke depannya,” jelas Triana.

Ia pun berkomitmen untuk memperbaiki kemasan dan memperkaya informasi pada label produk agar calon pembeli lebih memahami keunggulan produknya dan semakin tertarik membeli.

Tim Editor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here