Saiful Hadi Bicara Karakter Bangsa di Era Post-Truth

0
Ketua DPC PDI Perjuangan Kebumen, Saiful Hadi

Kabupaten Kebumen – Sebagai cermin kekayaan bangsa, Indonesia merupakan negara yang memiliki lumbung tradisi maupun warisan keberagaman agama serta budaya. Tidak hanya itu, Indonesia juga merupakan rumah bagi agamawan dan budayawan yang keluasan serta silsilah ilmunya tidak lagi diragukan.

Meski begitu, memasuki setiap era tentunya melahirkan dinamika sendiri. Era post-truth atau biasa dikenal pasca kebenaran sekarang ini, melahirkan konsekuensi paradigma baru secara terbuka menantang otoritas keilmuan yang selama ini tradisi dan warisannya diturunkan oleh para cendekiawan bangsa dengan mengedepankan nilai-nilai adiluhung.

Hal itu diungkapkan Ketua DPC PDI Perjuangan Kebumen, Saiful Hadi saat menjadi narasumber acara Kongkow Budaya #4 yang digagas Paguyuban Kawula Keraton Surakarta Hadiningrat (Pakasa) Cabang Kebumen dan Sedleng Nusantara secara virtual.

Saiful menyampaikan, era Post-Truth merujuk pada interpretasi yang liar berkembang di luar dengan mengesampingkan data serta fakta yang ada. Hal inilah yang menyebabkan substansi budaya dan kearifan lokal sebagai karakter bangsa kalah pamor oleh simbolisasi kemajuan.

“Situasi ini akan mengikis tradisi filosofi suatu disiplin keilmuan. Sehingga orang akan terjerumus pada praktik keilmuan semu tanpa ruh dan menjadi fanatik,” beber Saiful, baru-baru ini.

Menurutnya, ada banyak dampak negatif yang seyogyanya oleh masyarakat disikapi dengan bijak. Seperti arus informasi dari berbagai platform media yang dewasa ini dianggap berseberangan dengan norma-norma adat ketimuran sebagai identitas bangsa Indonesia.

“Akselerasi membuat kecepatan perputaran informasi mengalahkan kemampuan orang mencerna informasi. Mengesampingkan objektivitas dan substansi,” jelasnya.

Akhirnya, lanjut Saiful, yang tidak substansial tidak lagi mendapat perhatian sehingga menghilangkan sikap kritis masyarakat agar dapat digiring ke agenda tertentu. Di lain sisi, objektivitas lebih memainkan emosi dan perasaan publik ketimbang signifikansi metodis dari esensi budaya dan kearifan lokal.

Sementara, Ketua Sedleng Nusantara, RT Fahmi Malik Kriyodipuro mengatakan, sebagai organisasi budaya memiliki tanggungjawab mengajak masyarakat untuk berperan aktif mempertahankan tradisi sebagai kekuatan bangsa.

“Kami ingin ikut serta dalam mengambil bagian dalam hal mencerdaskan kehidupan bangsa. Overview kearifan lokal dalam perspektif pegiat budaya agar mampu dipahami dengan baik oleh audien,” jelasnya.

Tak hanya itu, puluhan partisipan yang antusias mengikuti acara webinar tersebut juga dengan seksama mencermati pembahasan yang fokus terhadap studi kasus penduduk baik di indonesia maupun di luar negeri mengenai nilai-nilai lokalitas dan isu era post-truth.

“Kita ingin membahas dan berdiskusi mengenai deskripsi dan interpretasi seputar era Post-truth juga relasi kearifan lokal sebagai tameng diri di era Post-truth,” pungkasnya.

Koresponden : MH

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here