Kabupaten Karanganyar – Dalam rangkaian Hari Raya Idul Fitri, sudah menjadi budaya warga masyarakat, komunitas, maupun ormas untuk mengadakan acara Halalbihalal. Hal tersebut juga diselenggarakan oleh PSHT Pusat Madiun, Rayon Kadipiro dan Jumantoro Kecamatan Jumapolo, bersama warga masyarakat Dusun Ngelo Kidul, Desa Kadipiro. Hadir dalam kegiatan tersebut, Wakil Bupati Karanganyar H. Rober Christanto, S.E., M.M yang didampingi oleh jajaran pemerintah Desa Kadipiro, Kapolsek, dan Juga Danramil serta puluhan warga masyarakat setempat.
Dalam sambutanya, Rober menuturkan sangat mengapresiasi apa yang dilakukan oleh penyelenggara, pasalnya kegiatan Halalbihalal menjadi sarana silaturahmi untuk memperkuat tali persaudaraan dan kerukunan antar masyarakat. Selain itu, Wabup Rober juga menyampaikan sejarah awal mula muncul istilah Halalbihalal yang sampai sekarang tak bisa lepas dari momentum Hari Raya Idul Fitri.

“Istilah Halalbihalal muncul setelah pertemuan antara Presiden pertama RI, Bung Karno dan ulama pendiri Nahdlatul Ulama, KH Abdul Wahab Hasbullah,” ungkap Kader PDI Perjuangan tersebut.
Rober mengisahkan, pada 1948 atau tiga tahun pasca merdeka, Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Para elite politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum, sementara pemberontakan terjadi di mana-mana.
Di pertengahan bulan Ramadhan tahun 1948, Bung Karno pun bermusyawarah dengan KH Wahab Chasbullah di istana negara untuk diskusi dan meminta sarannya dalam mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat.
Kemudian KH Wahab memberi saran kepada Presiden Soekarno untuk menyelenggarakan silaturahim dalam rangka Hari Raya Idul Fitri.
“Mendengar saran itu, Bung Karno menyanggah dan menganggap kata silaturahim memang sudah biasa dilakukan umat Islam tiap lebaran,” papar Rober.
KH Wahab pun akhirnya mengusulkan istilah Halalbihalal pada Bung Karno. KH Wahab saat itu menganggap para elite politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan.
“Saling menyalahkan itu kan dosa. Dosa itu haram. Supaya mereka tidak punya dosa, maka harus dihalalkan sehingga silaturahim nanti kita pakai istilah Halalbihalal,” lanjut Rober.
Dari saran KH Wahab itulah, kemudian Bung Karno pada Hari Raya Idul Fitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke Istana Negara. Acara silaturahim itu kemudian diberi tajuk Halalbihalal. Sejak saat itulah instansi-instansi pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halalbihalal yang kemudian diikuti juga oleh masyarakat secara luas. Istilah Halalbihalal pun akhirnya masih terus dipakai sampai hari ini sebagai kegiatan rutin dan budaya Indonesia setiap perayaan Idul Fitri.
Mendengar cerita sejarah tersebut, warga yang hadir dalam acara ini menjadi tau, pasalnya banyak warga yang belum mengetahui cerita sejarah tersebut.
Pungkasnya, Rober berharap dengan adanya kegiatan ini, Bumi Intanpari semakin guyub dan tentram sesuai slogan Karanganyar Tentram.
Koresponden : TYB