Reduksi Budaya Patriarki di Era Aktual Menurut Shafira

0
Foto: Shafira Meiga Hardiyanti Soroti Polemik Budaya Patriarki

Kabupaten Temanggung – Budaya patriarki pada dunia politik tentu menjadi polemik tersendiri untuk dihadapi, pasalnya hal tersebut membuat perempuan tidak memiliki ruang yang luas untuk terjun dalam politik sekaligus ikut merumuskan kebijakan publik. Sebagai langkah strategis, tentu diperlukan adanya transformasi status sosial ke arah yang lebih egaliter sehingga budaya politik patriarki ini tidak lagi bersifat rigid.

KomandanTe Bintang Dua Dapil 3 Temanggung, Shafira Meiga Hardiyanti menyatakan bahwasanya pemuda di era aktual harus terlibat secara aktif untuk ikut melakukan gerakan emansipasi. Ia juga menilai sebenarnya budaya patriarki ini sudah mulai tereduksi, akan tetapi juga perlu adanya upaya penyempurnaan.

“Berbicara tentang budaya patriarki, maka pemuda harus berperan untuk menyikapinya. Pertama, pemuda harus melek terhadap politik, jangan apatis, apalagi tumbuh rasa antipati. Perempuan-perempuan di masa sekarang harus berdaya dan memiliki konsepsi politik yang visioner. Kita mengetahui Ibu Ketum Megawati Soekarnoputri pernah menjadi Presiden RI Ke-5, Mbak Puan juga saat ini menjadi Ketua DPR RI. Artinya, perempuan sebanarnya punya kekuatan yang luar biasa dalam dunia politik, tantangan ke depan harus terus berprogres,” ungkap Shafira ketika ditemui di kediamannya yang beralamat Gunung Payung, Candiroto, Minggu (6/11/2022).

Lebih lanjut, Shafira juga menegaskan bahwa emansipasi sebagai langkah untuk mereduksi konsepsi patriarki juga tidak boleh dilakukan di luar batas. Bagaimanapun juga, emansipasi yang cocok diterapkan di Indonesia ini adalah menuju kesetaraan gender, bukan perempuan harus melebihi kodrat seorang laki-laki.

“Emansipasi boleh diwujudkan secara konkret di lapangan, tapi syaratnya harus disesuaikan dengan tata nilai dan norma di masyarakat. Jangan sampai emansipasi untuk menentang patriarki ini justru menjadi bumerang. Bung Karno pernah mengatakan bahwa perempuan dan laki-laki ibarat sepasang sayap pada burung yang membuat burung itu terbang tinggi. Artinya, perempuan dan laki-laki harus mempunyai status sosial yang sama, bukan kemudian mengartikan diri bahwa perempuan lebih tinggi derajatnya daripada laki-laki,” tandasnya.

Koresponden : Enggar – Zidan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here