Kabupaten Pekalongan – Dampak proyek Daerah Irigasi (DI) Sragi bernilai miliaran rupiah ternyata sangat dirasakan masyarakat. Khususnya para petani yang kesulitan bertani karena kekurangan air untuk menananam padi di sawah karena dampak proyek tersebut.
Atas kondisi itulah, DPRD Kabupaten Pekalongan ikut menyoroti persoalan dampak proyek. Bahkan, para wakil rakyat meminta masyarakat untuk bersama-sama mengawal pembangunannya.
Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Pekalongan, Dodiek Prasetyo menyoroti hal tersebut saat survey langsun pada ,Senin (28/3/2022). Menurut Dodiek, keluhan petani soal kesulitan air dan dampak rusaknya jalan akibat sering dilintasi truk proyek itu sangat wajar.
“Karena jalan itu berhubungan langsung dengan aktivitas sehari-hari warga sekitar untuk berangkat sekolah, bertani, berdagang, dan lain lain,” ujar politisi PDI Perjuangan yang juga Ketua PAC Kesesi.
Harus diakui, lanjut Dodiek, ada beberapa titik jalan di desa-desa Kecamatan Sragi dan Kesesi yang rusak akibat proyek ini. Dodiek menyebut, di antaranya Desa Srinahan, Pantirejo, Kalijambe, dan Sumub Kidul, dan Purworejo. “Tadinya jalan di desa itu baik. Maka ini perlu dikembalikan seperti semula,” ucapnya.
Terkait masalah ini, beberapa waktu lalu, DPRD Kabupaten Pekalongan sudah berkomunikasi dengan Dinas Pusdataru Jateng dan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS). Kata Dodiek, mereka berjanji akan memperbaiki jalan rusak akibat proyek mereka itu. Tentu setelah proyek beres. “Kata mereka itu sudah masuk dalam kontrak kerja,” jelasnya.
Sementara Pejabat Pembuat Komitmen Pekerjaan Rehabilitasi DI Sragi, Heri Santoso mengakui adanya keluhan atau masukan dari petani, pemerintah Desa dan IP3A. Menurutnya pekerjaan rehabilitasi tersebut sudah sesuai aturan dan kewenangannya.
Terkait jalan rusak yang menjadi imbas pembangunan, diterangkan, akan dikembalikan seperti semula.
“Saat sosialisasi awal sudah disampaikan bahwa akibat dari pekerjaan itu jika ada jalan yang rusak akan diperbaiki seperti semula. Jadi setelah selesai nanti bersama akan dilakukan inventarisir mana saja yang menjadi imbas,” kata Heri Santoso.
Koresponden: Gus Santo