Kabupaten Temanggung – Bertempat di kediaman KomandanTe Kecamatan Kaloran, Korps Komunitas Juang menyelenggarakan kegiatan nguru-uri budhoyo. Bentuk kegiatan ini berupa menyanyikan tembang atau lagu Jawa yang lebih familiar dikenal masyarakat sebagai Macapat. Minggu (18/04/2021).
Kegiatan ini merupakan upaya yang dilakukan Korps dalam rangka Melu Memayu Hayuning Bawono, utamanya dengan cara menjaga eksistensi local wisdom masyarakat. Era globalisasi bukan hanya sebagai modernitas yang mempermudah kehidupan manusia, akan tetapi juga mengakomodasi nilai westernisasi yang menyebabkan terdegradasinya budaya bangsa. Ini merupakan sebuah realitas yang menjadi polemik jikalau tidak ada mekanisme konkret mengkonservasikan budaya daerah sebagai identitas nasional.
Generasi penerus bangsa saat ini juga mengalami pergeseran trendsetter, utamanya terkait dengan nilai-nilai westernisasi melalui sebuah lagu. Bagi para pemuda, lagu seperti rock, jazz, dan metal mungkin lebih familiar untuk dikenal daripada Tembang Macapat yang merupakan produk asli peradaban bangsa.
Jelas ini merupakan fakta sosial yang memilukan, pasalnya pemuda adalah generasi penerus bangsa yang akan memegang estafet kepemimpinan negeri. Jikalau hal ini masih terus dibiarkan, maka tentu dampaknya bisa menghancurkan jati diri bangsa hanya melalui sebuah penetrasi budaya tanpa angkat senjata.
Alasan ini lah yang membuat Korps Komunitas Juang Kabupaten Temanggung berinisiatif menumbuhkan kecintaan para pemuda terhadap Tembang Macapat. Bagi Korps, Tembang Macapat merupakan representasi sosial kehidupan masyarakat. Bukan hanya sekedar lagu yang yang memiliki nuansa mendayu dayu, tetapi juga memiliki pesan filosofis yang sangat mendalam bagi pribadi maupun kompleksitas masyarakat.
Abim Setyawan menuturkan jikalau kegiatan ini mempunyai dampak yang signifikan bagi para generasi muda. “Terselenggaranya kegiatan ini setidaknya memberikan ketertarikan kepada generasi muda terkait Tembang Macapat. Hal ini akan kita lakukan secara berkelanjutan, supaya para pemuda tidak hanya tau dan bisa menyanyikannya, tapi juga mampu untuk memahami makna liriknya,” tutur Abim.
Koresponden: Enggar dan Zidan
Mantap
Mantap