Momentum Hari Raya Idul Fitri, Akhmat Suyuti Jelaskan Sejarah Halal Bi Halal

0

Kabupaten Kendal – Ketua DPC PDI Perjuangan Kab. Kendal, Akhmat Suyuti mengucapkan selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijrah. Pihaknya bersyukur, momentum Lebaran kali ini situasi Pandemi Covid-19 sudah mereda, sehingga masyarakat bisa mudik atau pulang ke kampung halaman masing-masing.

Akhmat Suyuti berharap, momentum Lebaran ini bisa dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat muslim di tanah air untuk menjalin Halal Bi Halal antar sesama. Halal bihalal adalah istilah yang muncul setelah pertemuan antara Presiden pertama RI, Ir. Soekarno, bersama ulama pendiri Nahdlatul Ulama, K.H. Abdul Wahab Hasbullah.

Rangkaian kegiatan Halal Bi Halal yang diselenggarakan oleh DPC PDI Perjuangan Kendal

Dalam acara Halal Bi Halal PDI Perjuangan Kendal, yang dilaksanakan di Aula Kantor DPC PDI Perjuangan Kab. Kendal, Akhmat Suyuti mengisahkan, pada 1948 atau tiga tahun pasca merdeka, Bangsa Indonesia dilanda gejala disintegrasi bangsa. Dalam hal ini, para elite politik saling bertengkar, tidak mau duduk dalam satu forum. Sementara, pemberontakan terjadi di mana-mana.

Akhmat Suyuti menambahkan, pada pertengahan bulan Ramadhan tahun 1948, Bung Karno mengundang K.H. Wahab Chasbullah ke istana negara untuk dimintai pendapat dan sarannya dalam mengatasi situasi politik Indonesia yang tidak sehat. Kemudian, K.H. Wahab memberi saran kepada Ir. Soekarno untuk menyelenggarakan silaturahim. Sebab, sebentar lagi Perayaan Hari Raya Idul Fitri.

“Mendengar saran itu, Bung Karno menyanggah, serta menganggap silaturahim memang sudah biasa dilakukan umat Islam setiap lebaran. K.H. Wahab akhirnya mengusulkan istilah Halal Bi Halal kepada Bung Karno. K.H. Wahab saat itu menganggap, para elite politik tidak mau bersatu karena mereka saling menyalahkan,” jelasnya.

Dari saran K.H. Wahab itu, kemudian Bung Karno pada hari raya Idul Fitri mengundang semua tokoh politik untuk datang ke istana negara. Acara silaturahim tersebut kemudian diberi tajuk Halal Bi Halal.

“Sejak saat itu, instansi-instansi Pemerintah yang merupakan orang-orang Bung Karno menyelenggarakan Halal Bi Halal, yang kemudian diikuti juga oleh masyarakat secara luas. Maka dari itu, kita sebagai murid ideologis Bung Karno harus terus menyampaikan, serta mengamalkan ajaran-ajaran beliau,” imbuhnya.

Akhmat Suyuti juga mengungkapkan, Bung Karno bergerak menyebarkan istilah Halal Bi Halal melalui instansi Pemerintah. Sementara, K.H. Wahab menggerakkan warga melalui institusi non formal. Mulai saat itu, istilah Halal Bi Halal akhirnya menjadi budaya masyarakat Indonesia setiap perayaan Idul Fitri.

“Semangat yang digagas oleh K.H. Wahab dan Bung Karno mengenai Halal Bi Halal selalu relevan untuk terus memupuk persatuan Bangsa Indonesia yang penuh keberagaman, khususnya bagi Kader PDI Perjuangan,” pungkasnya.

Koresponden : A Khairul Anam

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here