Kabupaten Temanggung – Sang Proklamator, Bung Karno dikenal sebagai tokoh bangsa yang punya kedekatan dengan wong cilik, termasuk kaum buruh. Bukan sekadar bisa menyapa dan berbincang, Bung Karno dalam praktik politiknya juga mampu merefleksikan tindakan yang pro terhadap kepentingan kaum buruh.
Putra Sang Fajar yang juga merupakan pembesar Partai Nasionalis Indonesia (PNI) tercatat pernah membentuk Serikat Kaum Buruh Marhaen (SKBM).
Tujuannya ialah menghimpun kekuatan buruh Indonesia untuk turut serta membangun bangsa dan negara, termasuk menciptakan konsep bagaimana bisa menghadirkan kehidupan yang layak bagi para buruh.
Pidatonya yang berjudul ‘Indonesia Menggugat’ dimana Bung Karno mengkritik keras adanya kolonialisme, eksploitasi, dan penindasan yang dilakukan oleh Belanda berimplikasi pada lahirnya simpati publik.
Kaum buruh yang saat itu dirampas haknya; lahan disewa murah dan upah yang minim, membuat mereka dekat dengan Bung Karno. Kaum buruh mendukung penuh perjuangan Bung Karno untuk menghapus ketidakadilan, termasuk yang dialami oleh mereka.
Tak hanya itu, perjuangan Bung Karno untuk menghadirkan kesejahteraan bagi para buruh juga dilakukan dengan menggandeng komunitas akademisi dan aktivis internasional.
Pemimpin gerakan buruh di Eropa, Kautsky, Ferdinand Lassalle, Beatrice, hingga Sidney adalah sahabat Bung Karno dalam berdiskusi terkait masa depan kaum buruh.
Sering berinteraksi dengan akademisi dan aktivis buruh internasional itu akhirnya membuat Bung Karno memunculkan ide massa-actie-matchvorming atau ide membangun gerakan perserikatan.
Dari situlah kemudian di Indonesia banyak sekali serikat buruh yang menjadi pressure group (kelompok penekan). Massa yang banyak dan terorganisir itu kemudian mampu menyuarakan kepentingan, sehingga pemerintah mengakomodirnya melalui regulasi dan kebijakan.
Saat menjadi presiden, tepatnya tahun 1950, Bung Karno bahkan menciptakan peraturan baru terkait Tunjangan Hari Raya (THR) yang salah satu tujuannya ialah untuk mensejahterakan kaum buruh.
Sang Singa Podium itu memiliki pesan menarik kepada para buruh. Nasib mereka tidak bergantung pada siapa yang memerintah, melainkan tergantung sepenuhnya pada konsistensi perjuangan mereka sendiri.
Koresponden : Enggar