Kota Semarang – Ada yang menarik dari prosesi kirab Dugderan yang digelar beberapa waktu lalu di halaman Balaikota Semarang. Di sela-sela acara, setelah Walikota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu atau yang lebih familiar disapa Mbak Ita membacakan sambutan, ternyata dilakukan penandatanganan nota kesepahaman atau Memorandum of Understanding (MoU) dengan Walikota Solo, Gibran Rakabuming Raka.
Adapun MoU yang ditandatangani kedua kepala daerah tersebut adalah terkait konsep kerja sama pengembangan pariwisata dan budaya antara kedua kota besar di Jawa Tengah.

“Alhamdulillah hari ini telah terlaksana penandatanganan terkait pariwisata antara Pemerintah Kota Solo dan Pemerintah Kota Semarang,” tutur Mbak Ita usai melakukan penandatanganan.
Dirinya melanjutkan, kerja sama yang akan dijalankan juga mencakup penelitian dan penggalian situs-situs warisan budaya baik di Semarang maupun Solo.
“Kami juga akan bekerja sama dalam hal penelitian sejarah situs-situs warisan budaya dari Kota Semarang dan Solo,” terang walikota perempuan pertama di Kota Semarang itu.
Mbak Ita melanjutkan, jika ditarik dari sisi historiografi, sebenarnya Kota Semarang sendiri memiliki sebuah interaksi dalam masa klasik baik dengan Kasunanan Surakarta maupun dengan Kasultanan Mataram (Jogjakarta).
“Karena sebenarnya, sejarah Kota Semarang ini tidak lepas dari Kasunanan Surakarta dan Kesultanan Mataram, sehingga kami nanti berencana akan membuat story telling antara keterkaitan Solo dan Semarang,” pungkasnya.
Menggali sejarah secara inklusif itu diterangkan juga menjadi bagian dari upaya untuk mengaktualisasikan salah satu idee dari Bung Karno, yaitu ‘Jas Merah’ atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Ketika cerita-cerita klasik mengenai Kota Semarang dan interaksinya dengan Surakarta dan Jogjakarta telah terungkap, diharapkan masyarakat bisa belajar dari hal tersebut sehingga akan muncul kecintaan mereka dengan wilayah yang dihuninya itu.
Koresponden : WP