Ibu Megawati dan Perjuangan Panjang di Arena Politik

0
Megawati Soekarnoputri
Foto: Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri Ketika Membakar Semangat Ribuan Kader Agar Terus Mengamalkan Ide-ide Politik dari Bung Karno

Kabupaten Temanggung – Nama Ibu Ketum PDI Perjuangan, Megawati Soekarnoputri dikenal publik sebagai salah satu tokoh perempuan paling berpengaruh di abad ini. Memiliki kemahiran untuk mengarungi samudra politik dengan ideologi kuat dari ‘Bung Karno’ adalah salah satu wujud keunggulan kompetitif yang dimilikinya. Akan tetapi, belum banyak yang mengetahui jika perjuangan politik dari Ibu Megawati sangatlah terjal, harus melawan kekuasaan besar untuk kemudian bisa mengaktualisasikan ide-ide Bung Karno sebagaimana hari ini.

Ketika Orde Baru berkuasa, seluruh keturanan Bung Karno mau tidak mau harus menyingkir dari perhelatan politik. Orde Baru mengintervensi kebebasan politik rakyat sekaligus mendelegitimasi nama besar ‘Bung Karno’ sebagai kompetitor pemikiran politik. Alhasil, seluruh paradigma politik bermuara pada satu harus, tidak ada dialektika yang terbangun.

Foto: Ibu Megawati Ketika Terus Berjuang dalam Karir Politiknya Meskipun Ditekan oleh Orde Baru yang Kemudian Menghasilkan Suara Luar Biasa untuk PDI Perjuangan di Tahun 1999

Di dalam masa ini, Ibu Megawati kemudian mulai menapakkan kakinya di politik bersama PDI. Berdasarkan informasi yang beredar, Ibu Megawati dan sang suami Taufik Kiemas berhasil dibujuk oleh politisi senior PDI, Sabam Sirait untuk masuk ke dunia politik, karena tidak ada satupun organisasi sosial dan politik di kala Orde Baru yang bisa meneruskan cita-cita dan pemikiran marhaenisme Bung Karno.

Foto: Sabam Sirait (Tengah) Bersama Istri Ketika Berjumpa dengan Ibu Megawati (Kiri). Sabam Adalah Salah Satu Tokoh yang Mengajak Ibu Megawati untuk Terjun Berpolitik Ketika Masa Orde Baru Berkuasa

Ibu Megawati bahkan berhasil membawa PDI melejit dalam Pemilu 1987 dan 1992 yang kemudian membuat risau Orde Baru. Bahkan, Ibu Megawati-pun terpilih sebagai Ketua Umum PDI saat Kongres Luar Biasa di Surabaya pada 1993. Publik menyambut hangat hadirnya Ibu Megawati di dunia politik, mereka sangat bersimpati dan menilai bahwa Ibu Megawati akan menjadi antitesa politik Orde Baru.

Tahun 1996, pemerintahan Orde Baru begitu jengkel. Mereka mencoba mendongkel legitimasi politik dari Ibu Megawati dengan menggunakan skenario kongres di Medan. Orde Baru menginginkan Soerjadi yang menjadi ketua, karena dialah tokoh yang bisa diatur dan di bawah kendali kepemimpinan Orde Baru. Hal ini berdampak pada dikotomi, antara Soerjadi yang didukung oleh pemerintah dengan Ibu Megawati yang didukung oleh massa di akar rumput.

Foto: Ibu Megawati Berpidato di Hadapan Pendukungnya Ketika Memasuki Kampanye Sebelum Pemilu 1999

Adanya dinamika politik itu kemudian melahirkan sebuah peristiwa penting bernama Kudatuli Kerusahan 27 Juli 1996. Di masa Pemilu 1997, Ibu Megawati tidak menggunakan suaranya yang kemudian berdampak pada merosotnya suara PDI. Gelombang demonstrasi dari mahasiswa dan aktivis-aktivis yang lain yang mengutuk Orde Baru dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme-nya secara tidak langsung juga memiliki implikasi terhadap perjalanan politik Ibu Megawati.

Foto: Publik Bersimpati Terhadap Perjuangan Politik Ibu Megawati. Mereka Menilai Ketika Ibu Megawati Tidak Menggunakan Haknya untuk Berpolitik di Tahun 1997, Artinya Terdapat Kecurangan yang Dilakukan oleh Orde Baru

PDI tidak lagi diintervensi kuat oleh pemerintah Orde Baru. Ibu Megawati akhirnya mendirikan PDI Perjuangan untuk maju sebagai peserta Pemilu 1999. Hasilnya juga sangat fantastis, PDI Perjuangan besutuan Ibu Megawati mampu meraih 33,74% suara, sementara PDI yang dipimpin Soerjadi hanya mampu meraih 0,33%. Fakta historis ini menunjukkan interpretasi, bahwa Ibu Megawati merupakan seorang leader yang tangguh, mampu untuk membaca peta politik secara tepat.

Koresponden : Enggar – Zidan

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here