Kabupaten Temanggung – Tidak ada kata perjuangan semulus jalan tol dan tidak ada perjuangan yang membuahkan hasil jika tak dibarengi dengan cucur keringat. Begitulah kira-kira kalimat yang bisa menganalogikan kisah perjuangan Sang Proklamator, Bung Karno. Sosok pemimpin kharismatik ini pernah mengalami berbagai intimidasi dari pemerintah kolonial Belanda dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Pada 29 September 1929, Bung Karno ditangkap oleh pemerintah kolonial karena dinilai punya misi rahasia untuk memberontak. Ia bersama dengan tiga rekannya, Gatot Mangkoepradja, Soepriadinata, dan Maskoen kemudian dijebloskan ke Penjara Banceuy, Bandung. Di masa penahanan ini, kemudian Bung Karno menulis sebuah pledoi yang sangat fenomenal dan menggemparkan dunia, yaitu ‘Indonesia Menggugat’.
Di ruang yang sempit, jauh dari kata layak, sebuah gagasan cemerlang itu lahir. Bung Karno yang sangat anti terhadap kolonialisme dan imperialisme ini kemudian semakin menunjukkan tajinya kepada dunia melalui goresan-goresan tintanya yang dibacakan di Persidangan Landraad, Bandung tahun 1930.
“Selain dari tempat tidur, satu-satunya perabot yang ada dalam selku adalah sebuah kaleng tempat buang air. Kaleng yang menguapkan bau tidak enak itu adalah perpaduan dari tempat buang air kecil dan melepaskan hajat besar,” kata Bung Karno dalam otobiografinya yang berjudul Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat.
“Ia (kaleng tersebut) aku alasi dengan beberapa lapis kertas, sehingga tebal dan aku mulai menulis. Dengan cara begini, aku bertekun Menyusun pembelaanku yang kemudian menjadi Sejarah politik Indonesia dengan nama Indonesia Menggugat,” lanjut Bung Karno.
Ketika dipahami lebih mendalam, sangat mungkin Bung Karno ingin menyampaikan kepada khalayak umum bahwa kondisi apapun tidak akan menyurutkan tekadnya untuk memerdekakan bangsa Indonesia. Bukan hanya dari segi prosesnya saja, isi dari pledoi Indonesia Menggugat ini juga sangat substantif.
Bung Karno mengkritik tajam kebijakan-kebijakan kolonial yang mendestruksi kehidupan politik dan sosial masyarakat. Bagi Putra Sang Fajar, proses peradilan yang menimpa dirinya, temannya, serta masyarakat yang pandangannya bersebrangan dengan pemerintah kolonial merupakan bentuk nyata tindakan pembungkaman.
Bung Karno meyakini bahwa kemerdekaan bagi Bangsa Indonesia akan mencari jalannya, meskipun banyak rintangan yang menghadang. Semakin ditindas, maka kekuatan rakyat akan semakin kuat untuk mengakhiri penjajahan.
“Tuan-tuan hakim yang terhormat, sedangkan seekor cacing kalau ia disakiti, dia menggeliat dan berbalik-balik. Begitu pun kami, tidak berbeda dari itu. Kami mengetahui, bahwa kemerdekaan itu tidak akan tercapai dalam satu helaan napas saja,” tegasnya.
Bagi Bung Karno, sekalipun nantinya Rakyat Indonesia akan dihadapkan dengan militeristik pemerintah kolonial, namun dengan tekad dan keyakinan untuk menyongsong masa depan yang lebih cerah, maka hal itu bukanlah menjadi penghalang yang serius.
“Suatu negara dapat berdiri tanpa tank dan meriam. Akan tetapi, suatu bangsa tidak mungkin bertahan tanpa kepercayaan. Ya, kepercayaan dan itulah jang kami punyai. Itulah senjata rahasia kami,” pungkasnya.
Penulis : Enggar Adi W
buy rybelsus https://rybelsus.tech/# Buy compounded semaglutide online
rybelsus cost