Surakarta – Dampak positif yang diharapkan dari penyelenggaraan Piala Dunia Usia 17 Tahun atau U-17 di Kota Solo selama dua pekan terakhir dinilai belum sesuai ekspektasi awal oleh Ketua DPRD Surakarta, Budi Prasetyo.
Dikatakannya, bahwa beberapa faktor seperti kurangnya animo masyarakat untuk menonton di Stadion Manahan, tingkat keterisian kamar hotel yang tak signifikan, dan dampak ekonomi yang kurang terasa bagi para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi sorotan utama.
“Sejauh ini beberapa pertandingan ini, animo dari masyarakat belum sesuai ekspektasi awal yang diharapkan,” ujar Budi Prasetyo dalam wawancara dengan wartawan pada Senin, (20/11/2023).
Wakil Sekretaris DPC PDI Perjuangan Kota Surakarta ini menilai bahwa sebuah event internasional sekelas Piala Dunia seharusnya mampu menarik pengunjung ke Solo, terutama untuk menyaksikan pertandingan di stadion. Namun, fakta yang terjadi adalah sejumlah pertandingan di Stadion Manahan justru minim penonton, menyiratkan bahwa multiplier effect penyelenggaraan acara tersebut belum terasa signifikan.
“Nanti secara khusus dilihat usai event, kira-kira target PAD yang bisa masuk atau Pemkot Solo atau Pak Wali Kota menarik U-17 ke Solo seperti apa. Tapi informasi awal dari beberapa pertandingan memang belum sesuai ekspektasi,” tambahnya.
Budi Prasetyo juga menyoroti pengorbanan ratusan pedagang di Selter Manahan dan Selter Kuliner Kota Barat yang harus libur selama gelaran Piala Dunia U-17 tanpa mendapatkan penghasilan atau kompensasi yang memadai.
“Satu-satunya dampak positif yang dirasakan Solo atas penyelenggaraan Piala Dunia U-17, menurut Budi, terkait branding kota. Sebab Solo semakin dikenal di kancah nasional dan internasional terkait infrastruktur sepak bola yang sudah bagus,” tandasnya.
Koresponden : Nafis
