Bicara Biosentris, PDI Perjuangan Jawa Tengah Bersiap Hadapi Tantangan Zaman

0
Infografis: Bicara Biosentris, PDI Perjuangan Jawa Tengah Bersiap Hadapi Tantangan Zaman

Kota Semarang – Perubahan zaman sering kali diawali dengan sebuah peristiwa atau critical moment yang menyebabkan perubahan kultur, sikap, dan pola pikir, serta narasi besar menjadi kunci arah dan gerak langkah suatu perubahan.

Setelah era reformasi, Indonesia mengalami kekosongan narasi besar selama beberapa periode yang mengakibatkan pemuda menjadi kehilangan landasan berpikir dan bersikap yang berakibat hanya berkiblat di dalam ruang pop-kultur atau budaya populer, sebagian besar berasal dari budaya luar negeri.

Menyikapi hal tersebut, DPD PDI Perjuangan Jawa Tengah dalam Diklat Siber Juang yang diselenggarakan di Hotel Santika Kota Semarang pada 20-22 Desember 2021, membahas isu tersebut sebagai respons zaman dan mempersiapkan kader yang mempunyai wawasan pengetahuan dan perkembangan zaman yang mumpuni.

Biosentris menjadi semangat kembali ke akar seperti yang disampaikan oleh Dr. Muhammad Faisal di mana manusia kembali ke kultur, pola yang berulang, dan kembali ke unsur alam menjadi ciri khas yang tepat bangsa Indonesia.

“Setiap perubahan yang ada di masyarakat sebenarnya memiliki pola pengulangan atau Biosentris. Meskipun terdapat konsep post humanisme, tetapi fakta dan realitasnya terdapat aspek kesamaan antara realitas hari ini dengan peristiwa lampau. Kemungkinan besar ke depannya akan tumbuh ruang yang nantinya mengakomodir rasa nasionalisme sebagaimana ide-ide visioner Bung Karno,” paparnya.

Lebih lanjut, AKBP Sulistyaningsih dari Polda Jawa Tengah mengungkapkan tentang pentingnya bijak dalam sosial media. Bagaimanapun juga, di era konvergensi media ini tentu dibutuhkan batasan sehingga masyarakat tidak terjerumus dalam liberalisme berlebihan. Ketika hal tersebut terjadi, maka kemungkinan terburuk adalah hilangnya martabat masyarakat sebagai makhluk sosial yang memegang tata nilai dan norma.

“Pergeseran budaya dari nyata menjadi maya mengakibatkan transformasi dari solidaritas ke individual. Ini kemudian melahirkan fenomena baru dimana egosentris manusia berkembang. Kejahatan siber muncul dengan berbagai bentuk. Ini kemudian harus kita hadapi dengan baik, salah satunya dengan penegakan hukum melalui UU ITE. Tujuannya adalah tata nilai dan norma masyarakat tetap terimplementasikan,” ungkapnya.

Selain itu, giat ini juga diisi oleh berbagai materi yang diharapkan mampu meningkatkan kapasitas, kompetensi, dan kapabilitas pemuda di dalam menghadapi era digital, yakni New Media yang disampaikan oleh Musfi dari Pinter Politik, Konten Branding yang disampaikan oleh Budi Rizanto Binol dan Rizka Septiana, serta Konten Kreator yang dipaparkan oleh Febri Kurniawan.

Bentuk pendidikan dan pelatihan terhadap dunia jurnalistik ini juga merefleksikan terhadap ide-ide Bung Karno. Bagaimanapun juga, Bung Karno dikenal sebagai seorang wartawan yang menuangkan ide bagi terciptanya kemajuan bangsa dan negara. Untuk itu, tentu menjadi tugas moral etis bagi Korps Siber Juang untuk nantinya berpartisipasi aktif memikul dan membumikan ide yang orientasinya adalah untuk progresivitas kehidupan masyarakat.

Tim Editor

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here