Kabupaten Karanganyar — Konsep Karanganyar Life Centre of Nusantara dipertanyakan realisasinya oleh Ketua DPRD Karanganyar, Bagus Selo. Menurutnya, Karanganyar sebagai pusat kehidupan nusantara di tahun 2030 perlu ditindaklanjuti, jangan sampai dianggap obor blarak.
Ia menegaskan jika konsep terealisasi maka sangat menjamin kesejahteraan warga Karanganyar. Namun, jika tak ada perencanaan dan penganggaran kegiatan pendukung, progresnya sulit terpantau dan terukur.
“Bagaimana perencanaan dan penganggarannya, kami merasa belum pernah diajak membahas itu (Karanganyar Life Centre of Nusantara). Banyak yang menanyakan progresnya. Kami dari DPRD ingin sekali konsep itu dibahas serius, sebab, jangan sampai hanya sekadar slogan saja,” kata Bagus Selo, Jumat (27/1).
Penting diketahui, Karanganyar Life Centre of Nusantara pertama kali dikenalkan pada HUT Ke-103 Kabupaten Karanganyar pada 2020 lalu. Saat itu, peluncurannya di Candi Ceto dihadiri oleh pimpinan eksekutif tertinggi Jawa Tengah, Kepala Staff Kepresidenan RI, dan Founder & Chairman MarkPlus, Inc.
Bagus Selo mengatakan, tagline Karanganyar Life Centre of Nusantara perlu disinergikan dengan program prioritas di rencana pembangunan daerah. Saat ini, pemerintah daerah sedang memperjuangkan penurunan angka stunting, menekan kemiskinan, ketahanan pangan, serta penanganan dampak inflasi.
“Rencana jangka pendek ini mengatasi masalah-masalah tersebut. Tapi jika ada program jangka panjang, apalagi sampai tahun 2030, harus ada perencanaan matang dan progresif realisasinya. Tahapannya harus jelas, anggaran yang dibutuhkan berapa dan untuk apa saja” terangnya.
Ia menyarankan Pemkab Karanganyar lebih bijak dalam mencanangkan program. Pemilihan nama program perlu realistis dengan potensi yang diangkat, misalnya Karanganyar Kota Wisata di mana potensi wisata alam dan non alam sangat luar biasa.
“Harus ada tindak lanjut lebih kompleks. Pemkab kalau mau bikin nama program sesuaikan potensi yang akan diangkat saja,” katanya.
Pemkab juga diminta Bagus Selo fokus dengan pencanangan kegiatan riil, misalnya pertanian organik dan kemandirian pangan.
“Pemda berikan contoh, jadi percontohan. Pengurangan pupuk kimia juga harus konsisten dengan pelatihan pembuatan organik,” katanya.
Koresponden : HS