Bagaimana Vibes Berteman dengan Bung Karno?

0
Bagaimana Vibes Berteman dengan Bung Karno?

Kota Semarang – Seolah tak ada habisnya ketika kita membaca sejarah panjang perjalanan Bung Karno, seorang revolusioner yang namanya dikenal hingga sela-sela penjuru dunia. Begitu ’super power’nya Bung Karno, membuat kita begitu terkagum-kagum.

Namun, bagaimana rasanya ketika kita sebagai anak muda berteman dengan Bung Karno? Menjadi salah satu orang yang sehari-hari begitu dekat dengan Bung Karno?

Jika kamu ketika di sekolah melihat temanmu yang suka bertanya, berpendapat dengan tajam dan santun, namun memiliki pemahaman akademik yang tidak begitu sempurna, maka itu adalah salah satu cerminan dari Bung Karno muda.

Menurut John D. Legge dalam buku ”Soekarno, Sebuah Geografi Politik”, disebutkan pula bahwa Bung Karno ketika usia sekolah lebih suka menghafal cerita pewayangan daripada menghafal pelajaran-pelajaran sekolah. Hal ini karena Bung Karno berasal dari keluarga yang sangat kental dengan budaya Jawa.

Foto: Bung Karno ketika kecil (sumber: Avepress).

Sepulang sekolah, kamu dapat pergi ke rumah Bung Karno dan berjumpa dengan Soekemi, ayah Bung Karno yang merupakan seorang guru. Soekemi mendidik Bung Karno dengan standar disiplin yang tinggi. Sehingga Bung Karno senantiasa terlihat vit ketika di kelas, bahkan ketika les Bahasa Prancis.

Kedisiplinan yang telah ditanamkan sejak dini ini berpengaruh pada pembentukan pola pikir Bung Karno. Ia begitu kritis ketika berdiskusi, terutama terkait penjajahan Belanda. Sehingga, dari adanya diskusi tersebut terscetuslah gagasan untuk mendirikan organisasi Tri Koro Dharmo, yang kelak menjadi Jong Java.

Foto: Bung Karno ketika muda.

Pada usia 25 tahun, nasionalisme Bung Karno semakin dapat kamu rasakan. Kepiawaiannya dalam berorganisasi dan berpidato membuatnya mulai banyak dipercaya oleh orang-orang di sekitarnya. Sehingga, ia lantas mendirikan klub kuliah umum Algemeene Studieclub bersama para koleganya.

Selanjutnya, melalui Algemeene Studieclub yang bekerjasama dengan Indonesische Studie Club Surabaya lantas melahirkan majalah nasionalis ”Soeloeh Indonesia Moeda”. Jika kamu memiliki ketertarikan dalam menulis tentang nasionalisme, ada kemungkinan kamu diajak oleh Bung Karno untuk berkontribusi dalam project ini.

Diskusi, menulis, dan aktivitas berpidato di Algemeene Studieclub menjadi semakin progresif. Sehingga atas kesepakatan bersama, klub ini berubah menjadi Perserikatan Nasional Indonesia. Selanjutnya, ketika Bung Karno menjelang berusia 27 tahun, Perserikatan Nasional Indonesia berubah menjadi Partai Nasional Indonesia (PNI).

Foto: Bung Karno berpidato pada forum Partai Nasional Indonesia (PNI).

Di PNI ini kamu mendapati orang-orang yang memiliki tekad kuat untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Sampai-sampai Pemerintah Hindia Belanda merasa gusar dengan kemunculannya, dan memutuskan untuk menangkap serta mengadili Bung Karno di Pengadilan Negeri (Landraad) Bandung ketika Bung Karno berusia 29 tahun.

Di muka persidangan, kamu mendapati Bung Karno dengan berapi-api membacakan pledoi berjudul “Indonesia Menggugat” yang telah ditulisnya selama di penjara. Pembacaan pledoi ini justru menjadi pemantik rasa nasionalisme yang lebih luas dan mendorong pergerakan kemerdekaan yang lebih masif lagi oleh masyarakat.

Baca juga: Harimu Cukup Lelah? Simak Quote Bung Karno

Penulis: tpwinata

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here