Kabupaten Banyumas – Masyarakat di Gerumbul Kalitanjung, Desa Tambaknegara, Kec. Rawalo masih memegang erat kepercayaan Jawa atau kejawen. Para sesepuh kejawen pria dan wanita berpakaian serba hitam saat menghadiri acara ruwatan ogal-agil. Dalam acara itu,, disajikan juga pertunjukan wayang kulit dengan sinden pria.
KomandanTe Bintang Dua Dapil 4 Kab. Banyumas pengampu Kec. Rawalo, David Okta Nugraha, S.T., mengatakan,”Ruwatan ogal-agil ini untuk nyelameti anak laki-laki tunggal. Kebetulan ini cucu dari kiai kesepuhan kejawen Eyang Muharto,” ungkapnya.
Pihaknya menambahkan, dalam kepercayaan kejawen ada beberapa kriteria anak yang perlu diruwat oleh orangtuanya. Hal itu bertujuan agar sang anak mendapatkan keselamatan dan terhindar dari bahaya.
“Kalau kepercayaan kejawen di Kalitanjung ini dikenal beberapa ruwatan yang tujuannya, agar anak dalam perjalanan hidupnya tidak mengalami malapetaka,” imbuhnya.
David Okta Nugraha, yang juga Ketua Badan BPEK DPC PDI Perjuangan Kab. Banyumas menyebut, selain ruwatan ogal-agil, dikenal sebagai ruwatan ontang anting untuk anak tunggal perempuan. Selain itu, ada juga ruwatan uger lawang untuk dua anak laki-laki.

“Ada juga ruwatan kembang sepasang untuk dua anak perempuan, ruwatan pancuran keapit sendang untuk anak laki-laki yang diapit kakak adiknya perempuan, serta ruwatan sendang keapit pancuran untuk anak perempuan diapit kakak dan adiknya laki-laki,” terangnya.
Keunikan ruwatan kejawen Kalitanjung ini ada pada pertunjukan wayangnya. Perempuan tidak boleh terlibat dalam pementasan wayang atau menjadi sinden.
“Ruwatan biasanya dilakukan dengan cara menyajikan pagelaran wayang di siang hari dan dalang pementasan, maupun sindennya harus laki-laki,” lanjutnya.
David Okta menyampaikan, tradisi ruwatan ini digelar sebagai upaya mempertahankan tradisi. Hal itu karena masyarakat Kalitanjung masih meyakini nilai-nilai peninggalan para sesepuh. Konon kabarnya, sejarah ruwatan ini dimulai sejak Kanjeng Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa. Maka dari itu, mereka konsisten mempertahankan keberadaannya.
Sementara itu, Ki Cithut Purba Carita, sang dalang ruwat menjelaskan, ruwatan adalah bentuk upacara budaya. Selain itu, ruwat juga diyakini sebagai ritual penyucian.
“Ruwatan merupakan tradisi yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat jawa pada umumnya dan secara khusus oleh para penganut ajaran kejawen di Grumbul Kalitanjung,” jelasnya.
Pihaknya juga mengungkapkan, pagelaran wayang mengambil cerita Purwakala yang sesuai dengan tujuan ruwatan. Menurutnya, Purwakala berarti permulaan dari bencana.
“Lakon Purwakala yang dibawakan siang ini adalah mengisahkan awal kelahiran dewa raksasa yang bernama Bathara Kala,” ujarnya.
Selain pertunjukan wayang dalam ruwatan itu, juga disajikan berbagai macam sajian makanan tradisional. Makanan dinikmati bersama oleh semua orang yang menghadiri ritual.
“Budaya Jawa sangatlah mempunyai nilai yang sangat luhur, sehingga tugas kaum muda untuk mempertahankan,” pungkasnya.
Koresponden : Aim