Kabupaten Temanggung – Kebudayaan merupakan segmen penting dalam sebuah peradaban. Secara harfiah, kebudayaan dapat diabstraksikan sebagai produk konsepsi manusia melalui proses sosial serta tempaan konstelasi zaman. Eksistensi kebudayaan juga merujuk kepada jati diri dan identitas Nasional, sehingga sangat diperlukan upaya konservasi sebagai konfigurasi konkret Melu Memayu Hayuning Bawono.
Melalui tempaan tradisi jawa yang sangat menjunjung tinggi tata nilai dan norma, maka sudah dipastikan realitas sosial akan mencapai stabilitas dan harmonisasi yang didambakan setiap elemen masyarakat. Akan tetapi, era globalisasi ini menciptakan sebuah perubahan sosial, di mana transnasional menjadi keniscayaan yang harus dihadapi. Apabila hal ini tidak disikapi dengan bijak, tentu budaya Jawa yang adiluhung akan terdegradasi, implikasinya jelas terjadi dekadensi moral di dalam masyarakat.
Peran pemuda jelas memberikan signifikansi terutama untuk menjaga keberlangsungan budaya di tengah perubahan tatanan sosial global. Era Disrupsi bukan hanya menyajikan informasi yang edukatif, tetapi terkadang mepenetrasikan budaya barat melalui konten yang dipublikasikan. Pemuda notabene adalah generasi millenial yang tidak bisa terpisahksn dengan kemajuan teknologi utamanya digital, sehingga jikalau nilai barat ini masif diterima, tentu dampaknya akan membahayakan jati diri Bangsa di mata dunia.
Keresahan inilah yang membuat seorang Calon Kader Juang Kab. Temanggung bernama Yofan Ardiyantoro tergugah nuraninya untuk berpartisipasi aktif melestarikan budaya Jawa. Baginya, segala hal yang terjadi dalam sendi kehidupan masyarakat dapat dipelajari melalui filosofi orang Jawa. Sebagai contoh adalah Tembang Macapat yang mengisahkan serta memberi pelajaran hidup bagi manusia dari ia dilahirkan hingga dipanggil menghadap Tuhan Yang Maha Kuasa. Pelajaran hidup inilah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi Yofan untuk mendalami Budaya Jawa.
Ditemui di Purbosari, Bansari, Yofan menuturkan tentang pentingnya menjaga budaya terlebih di era globalisasi dan westernisasi yang berkembang di masyarakat.
“Jawa digawa, Arab digarap, Barat diruwat. Itulah filosofi yang mesti diugemi atau diperhatikan oleh masyarakat Jawa. Hal ini jelas akan membawa signifikansi bagi keberlangsungan hidup manusia, tentu dengan jalan yang progresif-harmonis”, pungkas Yofan, Kamis (21/4/2021).
Koresponden : Enggar