
Kabupaten Temanggung – Di tengah tantangan pembangunan fisik-non fisik dan kondisi ekonomi aktual, sekelompok anak muda lereng Gunung Sumbing menghadirkan sebuah karya kolektif berjudul ‘Menitip Asa di Pundak Mbak Puan, Suara dari Lereng Sumbing’.
Buku ini lahir dari kegigihan generasi muda yang menolak diam dan ingin menyampaikan suara hati masyarakat Temanggung, terutama para petani yang menjadi tulang punggung daerah.
Buku ini mengangkat biografi singkat Ketua DPR RI, Mbak Puan Maharani yang dinilai memiliki dedikasi tinggi dalam memperjuangkan kemajuan bangsa.
Lebih dari sekadar biografi, buku ini juga menjadi refleksi dan seruan moral anak muda Temanggung yang merasakan langsung denyut kehidupan masyarakat desa. Mereka percaya, suara dari pinggiran harus sampai ke telinga para pemegang kebijakan nasional.
“Kami percaya generasi muda harus berani bersuara dan menyampaikan aspirasi masyarakat. Buku ini adalah simbol kecintaan sekaligus kepercayaan kami pada kepemimpinan Mbak Puan,” kata DNK Enggaringtyas, salah satu anak muda yang terlibat dalam penulisan karya tersebut, Rabu (24/09/2025).
Beberapa bagian buku mengurai realitas Temanggung yang kini tengah diuji. Kabupaten yang dikenal sebagai salah satu penghasil tembakau terbesar di Indonesia sedang menghadapi tekanan besar akibat kebijakan kenaikan cukai rokok.
Harga jual tembakau yang anjlok membuat petani menjerit dan potensi Pendapatan Asli Daerah (PAD) hingga Rp1,5 triliun tak bisa terserap optimal. Situasi ini dikhawatirkan mengancam keberlangsungan ekonomi keluarga petani dan ekosistem industri kecil yang bergantung pada tembakau.
Tak hanya sektor pertanian, para penulis juga mengangkat persoalan infrastruktur yang masih timpang. Banyak jalan rusak di pelosok Temanggung yang menyulitkan mobilitas masyarakat dan distribusi hasil bumi.
Di sektor pelayanan publik, mereka menuntut birokrasi yang profesional, cepat, dan berpihak pada rakyat. Pada bidang pendidikan, harapannya agar akses pendidikan merata hingga ke desa-desa terpencil serta kualitas pengajar terus ditingkatkan.
Layanan kesehatan juga menjadi sorotan: masih banyak warga pedesaan yang kesulitan mendapatkan layanan medis yang mudah, murah, dan berkualitas.
Dalam bidang olahraga, anak muda Temanggung mendambakan program pembinaan yang terarah, tidak sekadar penyediaan sarana prasarana.
Di sisi lain, mereka menginginkan roda ekonomi daerah bergerak progresif, namun tetap memperhatikan kelestarian lingkungan agar tidak menimbulkan masalah baru bagi generasi mendatang.
Di tengah tantangan tersebut, para penulis memandang sosok Mbak Puan Maharani sebagai figur yang memiliki pengalaman panjang dalam pemerintahan dan keberpihakan kepada rakyat kecil.
Sebagai Ketua DPR RI, Mbak Puan dinilai memiliki ruang strategis untuk memperjuangkan aspirasi daerah, termasuk dari wilayah pedesaan yang kerap luput dari perhatian pusat.
Dengan judul “Menitip Asa di Pundak Mbak Puan”, para penulis ingin menyampaikan pesan sederhana namun mendalam; pemuda Temanggung ingin didengar. Mereka berharap agar pemimpin nasional memahami kondisi riil di lapangan dan menyusun kebijakan yang berpihak pada kesejahteraan rakyat, terutama petani dan masyarakat pedesaan.
“Kami ingin suara kami tidak hanya menjadi keluhan yang hilang di angin pegunungan Sumbing. Kami ingin ini sampai ke panggung nasional,” tambah Enggaringtyas.
Tim Editor